MAKALAH
Memperkuat Basis Kewirausahaan
Masyarakat Islam
DI SUSUN OLEH:
MUHAMMAD NASIR :1041020037
DOSEN PEMBIMBING:
Dra.
Supriati Istiqomah, S
FAKULTAS DAKWAH
IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
2011/2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Sholawat teriring salam semoga selalu senantiasa Allah curahkan kepada
Rosulullah Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya.
Makalah yang berjudul “Memperkuat Basis Kewirausahaan Masyarakat Islam”
adalah salah satu syarat dari proses pembelajaran mata kuliah Dasar-Dasar PMI
di Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Dalam kesempatan
ini penulis mungucapkan terimakasih kepada :
1.
Ibu Dra. Supriati Istiqomah, S selaku dosen mata kuliah Dasar-Dasar
PMI Fakultas Dakwah IAIN Raden Intan Lampung.
2.
Sahabat-sahabat terbaikku dan seperjuangan Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam Angkatan 2010 yang telah memberikan motivasi
dalam menempuh kegiatan belajar sehingga bisa terselesaikannya makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr. Wb
Bandar Lampung, 23 Oktober 2011
Penulis
MUHAMMAD NASIR
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL....................................................................................... i
KATA
PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR
ISI.................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengelolaan Dan Kewirausahaan...................................................... 6
- Ciri Dan Watak Dalam Kewirausahaan........................................... 7
- Tahap Dan Proses Dalam Kewirauasaan......................................... 7
- Faktor Motivasi Dalam Berwirausaha.............................................. 9
- Kegiatan Kewirausahaan Menurut Islam........................................ 12
BAB III
KESIMPULAN, DAN PENUTUP
- KESIMPULAN................................................................................. 20
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Terjadinya kegagalan pada model pembangunan pada masa lalu,
menyadarkan akan perlunya reorientasi baru dalam pembangunan, yaitu pendekatan
pembangunan yang memperhatikan lingkungan dan pembangunan yang berwajah
manusiawi. Pendekatan tersebut menempatkan manusia sebagai factor kunci yang
memainkan peran penting dalam segala segi. Proses pembangunan hendaknya sebagai
suatu proses yang populis, konsentrasi pembangunan lebih pada ekonomi
kerakyatan, dengan mengedepankan fasilitas pembangunan pada usaha rakyat kecil.
Bertolak dari model pembangunan yang Humanize tersebut maka
dibutuhkan program-program pembangunan yang memberikan prioritas pada upaya memberdayakan
masyarakat. Dalam konteks Good Governance ada tiga pilar yang harus
menopang jalannya proses pembangunan, yaitu masyarakat sipil, pemerintah dan
swasta. Oleh karena itu SDM/ masyarakat menjadi pilar utama yang harus
diberdayakan sejak awal.
Dalam pembangunan perekonomian rakyat untuk memberdayakan
rakyat hendaklah disertai transformasi secara seimbang, baik itu transformasi
ekonomi, social, budaya maupun politik. Sehingga akan terjadi keseimbangan
antara kekuatan ekonomi, budaya, social dan budaya.
Dengan adanya pemberdayaan, masyarakat dapat menjalankan
pembangunan dengan diberikan hak untuk mengelola sumber daya yang ada.
Masyarakat miskin diberikan kesempatan untuk merencanakan dan melaksanakan
pogram pembangunan yang telah mereka tentukan. Dengan demikian masyarakat
diberi kekuasaan untuk mengelola dana sendiri, baik yang berasal dai pemerintah
maupun pihak lain.
Menurut Winarni dalam Sulistiyani (2004:79), inti dari
pemberdayaan ada tiga hal, yaitu pengembangan (enabling), memperkuat
potensi atau daya (empowering), dan terciptanya kemandirian. Pada
hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang. Setiap masyarakat pasti
memiliki daya, akan tetapi masyarakat tidak menyadari, atau bahkan belum
diketahui. Oleh karena itu, daya harus digali, dan kemudian dikembangkan.
Pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship) di Indonesia
masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia
pendidikan, masyarakat, maupun pemerintah. Banyak praktisi pendidikan yang
kurang memperhatikan aspek-aspek penumbuhan mental, sikap, dan prilaku
kewirausahaan peserta didik, baik di sekolah kejuruan maupun professional
sekalipun. Orientasi mereka, pada umumnya, hanya pada upaya-upaya menyiapkan
tenaga kerja yang siap pakai. Sementara itu, dalam masyarakat sendiri telah
berkembang lama kultur feodal (priyayi) yang diwariskan oleh penjajahan
Belanda. Sebagian besar anggota masyarakat memiliki persepsi dan harapan bahwa output
dari lembaga pendidikan dapat menjadi pekerja (karyawan, administrator
atau pegawai) oleh karena dalam pandangan mereka bahwa pekerja (terutama
pegawai negeri) adalah priyayi yang memiliki status sosial cukup tinggi dan
disegani oleh masyarakat.
Akan tetapi, melihat kondisi objektif yang ada, persepsi dan
orientasi di atas musti diubah karena sudah tidak lagi sesuai dengan perubahan
maupun tuntutan kehidupan yang berkembang sedemikian kompetitif. Pola berpikir
dan orientasi hidup kepada pengembangan kewirausahaan merupakan suatu yang
mutlak untuk mulai dibangun, paling tidak dengan melihat realitas sebagai
berikut:
- Senantiasa terjadi ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah angkatan kerja setiap tahun jika dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja yang ada. Tentu saja kondisi seperti ini akan mengakibatkan persaingan yang semakin ketat dalam upaya mendapatkan pekerjaan. Sementara hidup ini tetap harus berjalan dan penghasilan tetap harus dicari untuk menutup berbagai kebutuhan hidup yang kian mahal.
- Yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan di era global ini adalah manusia mandiri (independent) yang memiliki keunggulan kompetitif maupun komparatif, mampu membangun kemitraan sehingga tidak menggantungkan pada orang lain. Menurut Samuel Hutington, di sini hukum insani berlaku, bahwa yang mampu bertahan adalah mereka yang berkualitas (bukan yang kuat).
- Posisi pekerja, karyawan, dan pegawai (pada umumnya di negara berkembang) sering berada pada posisi yang lemah dan ditempatkan sebagai alat produksi (subordinasi) sehingga tidak memiliki daya tawar yang seimbang. Bekerja sebagai karyawan/pegawai dapat mencerminkan jiwa pemalas. Sebaliknya, ia malah tidak dapat mengembangkan ide dan visi selama ia bekerja untuk orang lain.
Berdasarkan asumsi tersebut maka pemberdayaan adalah upaya
untuk membangun daya, dengan cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya
dengan dilandasi proses kemandirian.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang akan
di bahas dalam makalah ini, yaitu:
- Apakah yang di maksud dengan pengelolaan dan kewirausahaan?
- Bagaimanakah ciri dan watak dalam kewirausahaan?
- Bagaimanakah tahap-tahap dan proese dalam kewirausahaan?
- Bagaimanakah faktor-faktor motivasi dalam berwirausaha?
- Bagaimakah kegiatan kewirausahaan menurut pandangan Islam?
C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah yang tersebut di atas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu:
- Untuk menjelaskan pengertian pengelolaan dan kewirausahaan.
- Untuk mengidentifikasikan ciri dan watak dalam kewirausahaan.
- Untuk menjelaskan dan mengidentifikasikan tahap-tahap dan proses dalam berwirausaha.
- Untuk mengidentifikasikan faktor-faktor motivasi dalam berwirausaha.
- Untuk menjelaskan dan mengidentifikasi kegiatan kewirausahaan menurut pandangan Islam.
D.
Manfaat Penulisan
Bagi
Pribadi
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan akan ciri dan watak
berwirausaha. Selain itu juga, wawasan akan berwirausaha menurut pandangan
Islam semakin jelas dan dapat meningkatkan motivasi dalam berwirausaha.
Bagi
Masyarakat Pembaca
a) Meningkatkan pengetahuan dan wawasan akan
kewirausahaan beserta proses-prosesnya.
b)
Menumbuhkan dan meningkatkan motivasi untuk mulai dan terus berwirausaha.
c)
Meningkatkan pengetahuan akan kewirausahaan menurut pnadangan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pengelolaan dan
Kewirausahaan
1.
Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan
= manajemen (D. Sudjana)
- Manajemen adalah suatu proses yang khusus yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya (G.R. Terry).
- Manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan dan mengembangkan terhadap segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.(Stoner, 1981)
- Proses yang sistematis, terkoordinasi, koperatif dan terintegrasi.
- Mempunyai tujuan.
- Memanfaatkan dan Mendayagunakan sumber-sumber.
- Menerapkan fungsi-fungsi manajemen (merencanakan, mengorganisir, menggerakkan mengarahkan, dan mengendalikan).
2.
Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan
penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama
mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan
kreativitas. Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama. Secara sederhana
arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil
resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil
resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa
takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 :
18).
Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para
ahli/sumber acuan dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda,
diantaranya adalah penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988),
menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi
berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan
mendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi (Say, 1803). Beberapa
definisi tentang kewirausahaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
- Richard Cantillon (1775)
Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri
(self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga
tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu.
Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko
atau ketidakpastian
Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian
tersebut adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup
eksploitasi peluang-peluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian
besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif.
Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang
muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif.
Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya,
tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada
sebelumnya dan juga orang yang melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru.
Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan
manajerial dalam kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang
berjalan tidak digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang individu mungkin
menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi
selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi
kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat sementara atau kondisional.
Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan
sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang
diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya,
serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.
B.
Ciri dan Watak dalam Kewirausahaan
1. Ciri-ciri
Kewirausahaan
- Percaya diri.
- Berorientasi pada tugas dan hasil.
- Pengambilan resiko.
- Kepemimpinan.
- Keorisinilan.
- Berorientasi ke masa depan.
2.
Watak Kewirausahaan
- Keyakinan, ketidaktergantungan, individualistis, dan optimisme.
- Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energetik dan inisiatif
- Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar dan suka tantangan
- Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik
- Inovatif dan kreatif serta fleksibel.
- Pandanga ke depan, perspektif.
(Sumber
: dari Meredith, et.a., dalam Suryana, 2001 :
Dalam konteks bisnis, seorang entrepreneur membuka usaha baru
(new ventures) yang menyebabkan munculnya produk baru arau ide tentang
penyelenggaraan jasa-jasa. Karakteristik tipikal entrepreneur (Schermerhorn Jr,
1999) :
- Lokus pengendalian internal
- Tingkat energi tinggi
- Kebutuhan tinggi akan prestasi
- Toleransi terhadap ambiguitas
C.
Tahap-tahap dan Proses dalam Kewirausahaan
1.
Tahap-tahap Kewirausahaan
- Kepercayaan diri
- Berorientasi pada action.
Secara
umum tahap-tahap melakukan wirausaha:
a)
Tahap memulai, tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang
usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau
melakukan franchising. Juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di
bidang pertanian, industri / manufaktur / produksi atau jasa.
b)
Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap “jalan”, tahap ini seorang
wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup
aspek-aspek : pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang
meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan
melakukan evaluasi.
c)
Mempertahankan usaha, tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah
dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti
sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
d)
Mengembangkan usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif
atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi
salah satu pilihan yang mungkin diambil.
2.
Proses Kewirausahaan
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996 : 3),
proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut
dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar
pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan.
Faktor-faktor tersebut membentuk locus of control, kreativitas, keinovasian,
implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausaha yang
besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari
individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan,
pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi
diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi
berkembangan menajdi kewirausahaan melalui proses yang dipengrauhi lingkungan,
organisasi dan keluarga (Suryana, 2001 : 34). Secara ringkas, model proses
kewirausahaan mencakup tahap-tahap berikut (Alma, 2007 : 10 – 12) :
a)
proses inovasi
b)
proses pemicu
c)
proses pelaksanaan
d)
proses pertumbuhan
Berdasarkan analisis pustaka terkait kewirausahaan, diketahui
bahwa aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan wirausaha adalah :
a)
mencari peluang usaha baru : lama usaha dilakukan, dan jenis usaha yang pernah
dilakukan,
b)
pembiayaan : pendanaan – jumlah dan sumber-sumber dana,
c)
SDM : tenaga kerja yang dipergunakan,
d)
kepemilikan : peran-peran dalam pelaksanaan usaha,
e)
organisasi : pembagian kerja diantara tenaga kerja yang dimiliki,
f) kepemimpinan
: kejujuran, agama, tujuan jangka panjang, proses manajerial (POAC),
g)
Pemasaran : lokasi dan tempat usaha.
D.
Faktor-faktor Motivasi Dalam Berwirausaha
Ciri-ciri
wirausaha yang berhasil (Kasmir, 27 – 28) :
- Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut
- Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
- Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.
- Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.
- Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
- Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
- Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera ditepati dana direalisasikan.
- Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dlijalankan, antara lain kepada : para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.
Dari analisis pengalaman di lapangan, ciri-ciri wirausaha
yang pokok untuk dapat berhasil dapat dirangkum dalam tiga sikap, yaitu :
- Jujur, dalam arti berani untuk mengemukakan kondisi sebenarnya dari usaha yang dijalankan, dan mau melaksanakan kegiatan usahanya sesuai dengan kemampuannya. Hal ini diperlukan karena dengan sikap tersebut cenderung akan membuat pembeli mempunyai kepercayaan yang tinggi kepada pengusaha sehingga mau dengan rela untuk menjadi pelanggan dalam jangka waktu panjang ke depan.
- Mempunyai tujuan jangka panjang, dalam arti mempunyai gambaran yang jelas mengenai perkembangan akhir dari usaha yang dilaksanakan. Hal ini untuk dapat memberikan motivasi yang besar kepada pelaku wirausaha untuk dapat melakukan kerja walaupun pada saat yang bersamaan hasil yang diharapkan masih juga belum dapat diperoleh.
- Selalu taat berdoa, yang merupakan penyerahan diri kepada Tuhan untuk meminta apa yang diinginkan dan menerima apapun hasil yang diperoleh. Dalam bahasa lain, dapat dikemukakan bahwa ”manusia yang berusaha, tetapi Tuhan-lah yang menentukan !” dengan demikian berdoa merupakan salah satu terapi bagi pemeliharaan usaha untuk mencapai cita-cita.
Kompetensi perlu dimiliki oleh wirausahawan seperti halnya
profesi lain dalam kehidupan, kompetensi ini mendukungnya ke arah kesuksesan.
Dan & Bradstreet business Credit Service (1993 : 1) mengemukakan 10
kompetensi yang harus dimiliki, yaitu :
- Knowing your business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. Dengan kata lain, seorang wirausahawan harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan.
- Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan mengenalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan semua sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien.
- Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang dilakukannya. Dia harus bersikap seperti pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sunggung-sungguh dan tidak setengah hati.
- Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu, cukup uang, cukup tenaga, tempat dan mental.
- Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan / mengelola keuangan, secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannnya secara tepat, dan mengendalikannya secara akurat.
- Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan kebutuhannya.
- Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan / memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.
- Statisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan.
- Knowing Hozu to Compete, yaitu mengetahui strategi / cara bersaing. Wirausaha harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weaks), peluang (opportunity), dan ancaman (threat), dirinya dan pesaing. Dia harus menggunakan analisis SWOT sebaik terhadap dirinya dan terhadap pesaing.
- Copying with regulation and paper work, yaitu membuat aturan / pedoman yang jelas tersurat, tidak tersirat. (Triton, 2007 :137 – 139)
Delapan
anak tangga menuju puncak karir berwirausaha (Alma, 106 – 109), terdiri atas :
- Mau kerja keras (capacity for hard work).
- Bekerjasama dengan orang lain (getting things done with and through people).
- Penampilan yang baik (good appearance).
- Yakin (self confidence).
- Pandai membuat keputusan (making sound decision).
- Mau menambah ilmu pengetahuan (college education).
- Ambisi untuk maju (ambition drive).
- Pandai berkomunikasi (ability to communicate).
E.
Kegiatan Kewirausahaan Menurut Pandangan Islam
Islam memang tidak memberikan penjelasan secara eksplisit
terkait konsep tentang kewirausahaan (entrepreneurship) ini, namun di
antara keduanya mempunyai kaitan yang cukup erat; memiliki ruh atau jiwa yang
sangat dekat, meskipun bahasa teknis yang digunakan berbeda.
Dalam Islam digunakan istilah kerja keras, kemandirian
(biyadihi), dan tidak cengeng. Setidaknya terdapat beberapa ayat
al-Qur’an maupun Hadis yang dapat menjadi rujukan pesan tentang semangat kerja
keras dan kemandirian ini, seperti; “Amal yang paling baik adalah pekerjaan
yang dilakukan dengan cucuran keringatnya sendiri, ‘amalurrajuli biyadihi
(HR.Abu Dawud)” ;
“Tangan
di atas lebih baik dari tangan di bawah”; “al yad al ‘ulya khairun min al
yad al sufla”( HR.Bukhari dan Muslim)(dengan bahasa yang sangat
simbolik ini Nabi mendorong umatnya untuk kerja keras supaya memiliki kekayaan,
sehingga dapat memberikan sesuatu pada orang lain), atuzzakah.
(Q.S. Nisa : 77)
“Manusia harus membayar zakat (Allah mewajibkan manusia untuk
bekerja keras agar kaya dan dapat menjalankan kewajiban membayar zakat)”.
Dalam sebuah ayat Allah mengatakan, “Bekerjalah kamu, maka
Allah dan orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan kamu”(Q.S.
at-Taubah : 105). Oleh karena itu, apabila shalat telah ditunaikan maka
bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia (rizki) Allah. (Q.S.
al-Jumu’ah : 10)
Bahkan sabda Nabi, “Sesungguhnya bekerja mencari rizki yang
halal itu merupakan kewajiban setelah ibadah fardlu” (HR.Tabrani dan
Baihaqi).
Nash
ini jelas memberikan isyarat agar manusia bekerja keras dan hidup mandiri.
Bekerja keras merupakan esensi dari kewirausahaan. Prinsip
kerja keras, menurut Wafiduddin, adalah suatu langkah nyata yang dapat
menghasilkan kesuksesan (rezeki), tetapi harus melalui proses yang
penuh dengan tantangan (reziko). Dengan kata lain, orang yang berani
melewati resiko akan memperoleh peluang rizki yang besar. Kata rizki memiliki
makna bersayap, rezeki sekaligus reziko (baca; resiko).
Dalam sejarahnya Nabi Muhammad, istrinya dan sebagian besar
sahabatnya adalah para pedagang dan entrepre mancanegara yang pawai.
Beliau adalah praktisi ekonomi dan sosok tauladan bagi umat. Oleh karena itu,
sebenarnya tidaklah asing jika dikatakan bahwa mental entrepreneurship inheren
dengan jiwa umat Islam itu sendiri. Bukanlah Islam adalah agama kaum pedagang,
disebarkan ke seluruh dunia setidaknya sampai abad ke -13 M, oleh para pedagang
muslim.
Dari aktivitas perdagangan yang dilakukan, Nabi dan sebagian
besar sahabat telah meubah pandangan dunia bahwa kemuliaan seseorang bukan
terletak pada kebangsawanan darah, tidak pula pada jabatan yang tinggi, atau
uang yang banyak, melainkan pada pekerjaan.
Oleh karena itu, Nabi juga bersabda “Innallaha yuhibbul
muhtarif” (sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang bekerja untuk
mendapatkan penghasilan). Umar Ibnu Khattab mengatakan sebaliknya bahwa, “Aku
benci salah seorang di antara kalian yang tidak mau bekerja yang menyangkut
urusan dunia.
Keberadaan Islam di Indonesia juga disebarkan oleh para
pedagang. Di samping menyebarkan ilmu agama, para pedagang ini juga
mewariskan keahlian berdagang khususnya kepada masyarakat pesisir. Di wilayah
Pantura, misalnya, sebagian besar masyarakatnya memiliki basis keagamaan yang
kuat, kegiatan mengaji dan berbisnis sudah menjadi satu istilah yang sangat
akrab dan menyatu sehingga muncul istilah yang sangat terkenal jigang (ngaji
dan dagang).
Sejarah juga mencatat sejumlah tokoh Islam terkenal yang juga
sebagai pengusaha tangguh, Abdul Ghani Aziz, Agus Dasaad, Djohan Soetan,
Perpatih, Jhohan Soelaiman, Haji Samanhudi, Haji Syamsuddin, Niti Semito, dan
Rahman Tamin.
Apa yang tergambar di atas, setidaknya dapat menjadi bukti nyata
bahwa etos bisnis yang dimiliki oleh umat Islam sangatlah tinggi, atau dengan
kata lain Islam dan berdagang ibarat dua sisi dari satu keping mata uang.
Benarlah apa yang disabdakan oleh Nabi, “Hendaklah kamu berdagang karena di
dalamnya terdapat 90 persen pintu rizki” (HR. Ahmad).
Adapun Motif Berwirausaha Dalam Bidang Perdagangan menurut
ajaran agama Islam, yaitu:
- Berdagang buat Cari Untung?
Pekerjaan berdagang adalah sebagian dari pekerjaan bisnis
yang sebagian besar bertujuan untuk mencari laba sehingga seringkali untuk
mencapainya dilakukan hal-hal yang tidak baik. Padahal ini sangat dilarang
dalam agama Islam. Seperti diungkapkan dalam hadis : “ Allah mengasihi
orang yang bermurah hati waktu menjual, waktu membeli, dan waktu menagih
piutang.”
Pekerjaan berdagang masih dianggap sebagai suatu pekerjaan
yang rendahan karena biasanya berdagang dilakukan dengan penuh trik, penipuan,
ketidakjujuran, dll.
2.
Berdagang adalah Hobi
Konsep berdagang adalah hobi banyak dianut oleh para pedagang
dari Cina. Mereka menekuni kegiatan berdagang ini dengan sebaik-baiknya dengan
melakukan berbagai macam terobosan.Yaitu dengan open display
(melakukan pajangan di halaman terbuka untuk menarik minat orang), window
display (melakukan pajangan di depan toko), interior display
(pajangan yang disusun didalam toko), dan close display (pajangan
khusus barang-barang berharga agar tidak dicuri oleh orang yang jahat).
3.
Berdagang Adalah Ibadah
Bagi umat Islam berdagang lebih kepada bentuk Ibadah kepada
Allah swt. Karena apapun yang kita lakukan harus memiliki niat untuk beribadah
agar mendapat berkah. Berdagang dengan niat ini akan mempermudah jalan kita
mendapatkan rezeki. Para pedagang dapat
mengambil barang dari tempat grosir dan menjual ditempatnya. Dengan demikian
masyarakat yang ada disekitarnya tidak perlu jauh untuk membeli barang yang
sama. Sehingga nantinya akan terbentuk patronage buying motive yaitu
suatu motif berbelanja ketoko tertentu saja.
Berwirausaha memberi peluang kepada orang lain untuk berbuat
baik dengan cara memberikan pelayanan yang cepat, membantu kemudahan bagi orang
yang berbelanja, memberi potongan, dll. Perbuatan baik akan selalu menenangkan
pikiran yang kemudian akan turut membantu kesehatan jasmani. Hal ini seperti
yang diungkapkan dalam buku The Healing Brain yang menyatakan bahwa fungsi
utama otak bukanlah untuk berfikir, tetapi untuk mengembaliakn kesehatan tubuh.
Vitalitas otak dalam menjaga kesehatan banyak dipengaruhi oleh frekwensi
perbuatan baik. Dan aspek kerja otak yang paling utama adalah bergaul,
bermuamalah, bekerja sama, tolong menolong, dan kegiatan komunikasi dengan
orang lain.
4.
Perintah Kerja Keras
Kemauan yang keras dapat menggerakkan motivasi untuk bekerja
dengan sungguh-sungguh. Orang akan berhasil apabila mau bekerja keras, tahan
menderita, dan mampu berjuang untuk memperbaiki nasibnya. Menurut Murphy dan
Peck, untuk mencapai sukses dalam karir seseorang, maka harus dimulai dengan
kerja keras. Kemudian diikuti dengan mencapai tujuan dengan orang lain,
penampilan yang baik, keyakinan diri, membuat keputusan, pendidikan, dorongan
ambisi, dan pintar berkomunikasi. Allah memerintahkan kita untuk tawakkal dan
bekerja keras untuk dapat mengubah nasib. Jadi intinya adalah inisiatif,
motivasi, kreatif yang akan menumbuhkan kreativitas untuk perbaikan hidup.
Selain itu kita juga dianjurkan untuk tetap berdoa dan memohon perlindungan
kepada Allah swt sesibuk apapun kita berusaha karena Dialah yang menentukan
akhir dari setiap usaha.
5.
Perdagangan/ Berwirausaha Pekerjaan Mulia Dalam Islam
Pekerjaan
berdagang ini mendapat tempat terhormat dalam ajaran Islam, seperti disabdakan
Rasul :
“
Mata pencarian apakah yang paling baik, Ya Rasulullah?”Jawab beliau: Ialah
seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang
bersih.” (HR. Al-Bazzar).
Dalam QS.Al-Baqarah:275 dijelaskan bahwa Allah swt telah
menghalalkan kegiatan jual beli dan mengharamkan riba. Kegiatan riba ini sangat
merugikan karena membuat kegiatan perdagangan tidak berkembang. Hal ini
disebabkan karena uang dan modal hanya berputar pada satu pihak saja yang
akhirnya dapat mengeksploitasi masyarakat yang terdesak kebutuhan hidup.
6. Perilaku
Terpuji dalam Perdagangan/ Berwirausaha
Menurut
Imam Ghazali, ada 6 sifat perilaku yang terpuji dalam perdagangan, yaitu :
- Tidak mengambil laba lebih banyak.
Membayar harga yang sedikit lebih mahal kepada pedagang yang
miskin. Memurahkan harga dan memberi potongan kepada pembeli yang miskin
sehingga akan melipatgandakan pahala. Bila membayar hutang, maka bayarlah lebih
cepat dari waktu yang telah ditetapkan. Membatalkan jual beli bila pihak
pembeli menginginkannya. Bila menjual bahan pangan kepada orang miskin secara
cicilan, maka jangan ditagih apabila orang tersebut tidak mampu membayarnya dan
membebaskan ia dari hutang apabila meninggal dunia.
2.
Manajemen Utang Piutang
Hutang ini sudah melekat pada kehidupan masyarakat kita. Dosa
hutang tidak akan hilang apabila tidak dibayarkan. Bahkan orang yang mati
syahidpun dosa utangnya tidak berampun. Jadi jika seseorang meninggal, maka ahli
warisnya wajib melunasi hutang tersebut. Tapi jika orang tersebut telah
berusaha membayarnya, tetapi memang betul-betul tidak mampu, dan ia kemudian
meninggal dunia, maka Rasul saw menjadi penjaminnya. Seperti dalam hadis
berikut :
“
Barang siapa dari umatku yang punya hutang, kemudian ia berusaha keras untuk
membayarnya, lalu ia meninggal dunia sebelum lunas hutangnya, maka aku sebagai
walinya.” (HR. Ahmad).
3.
Demonstration Effect Menyebabkan Faktor Modal Menjadi Beku
Demonstration Effect atau pamer kekayaan akan dapat
mengundang kecemburuan social, orang lain menjadi iri, mengundang
pencuri/perampok, membuat modal masyarakat menjadi beku dan membuat masyarakat
tidak produktif. Nabi saw menganjurkan agar kita menggunakan uang untuk
kepentingan yang di ridhoi Allah, terutama untuk tujuan pengembangan
produktivitas yang digunakan untuk kepentingan umat. Dalam sebuah hadist
disebutkan :
“
Barang siapa mengurus anak yatim yang mempunyai harta, maka hendaklah ia
memperdagangkan harta ini untuknya, jangan biarkan harta itu habis termakan
sedekah (zakat).” (HR. At-Tarmidzi dan Ad-Daruquthni).
Dalam hadist tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila kita
memiliki modal, maka janganlah disimpan begitu saja, tetapi harus digunakan
untuk sesuatu yang menghasilkan.
4.
Membina Tenaga Kerja Bawahan
Hubungan antara pengusaha dan pekerja harus dilandasi oleh
rasa kasih sayang, saling membutuhkan, dan tolong menolong. Hal ini dapat
dilihat dari hubungan dalam bidang pekerjaan. Pengusaha menyadiakan lapangan
kerja dan pekerja menerima rezeki berupa upah dari pengusaha. Pekerja
menyediakan tenaga dan kemampuannya untuk membantu pengusaha untuk
menyelesaikan pekerjaan yang diperintahkan. Majikan mempunyai hak untuk
memerintah bawahan dan mendapat keuntungan. Majikan juga mnemiliki
kewajiban yaitu membayar upah karyawan sesegera mungkin dan melindungi
karyawannya. Seperi dalam hadist berikut :
“
Berikanlah kepada karyawanmu upahnya sebelum kering keringatnya.” (HR. Ibnu
Majah)
Sebagai majikan kita juga harus menyayangi dan memperlakukan
bawahan dengan baik karena itu bertentangan dengan ajaran islam.
7. Sifat-Sifat
Seorang Wirausaha
Sifat
yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha yang sesuai dengan ajaran agama
Islam adalah :
- Sifat Takwa, Tawakkal, Zikir, dan Syukur
Sifat ini harus dimiliki oleh wirausahawan karena dengan
sifat-sifat itu kita akan diberi kemudahan dalam menjalankan setiap usaha yang
kita lakukan. Dengan adanya sifat takwa maka kita akan diberi jalan keluar
penyelesaian dari suatu masalah dan mendapat rizki yang tidak disangka. Dengan
sikap tawakkal, kita akan mengalami kemudahan dalam menjalankan usaha walaupun
usaha yang kita jalani memiliki banyak saingan. Dengan bertakwa dan bertawakkal
maka kita akan senantiasa berzikir untuk mengingat Allah dan bersyukur sebagai
ungkapan terima kasih atas segala kemudahan yang kita terima. Dengan begitu,
maka kita akan merasakan tenang dan melaksanakan segala usaha dengan kepala
dingin dan tidak stress.
2.
Jujur
Dalam suatu hadist diriwayatkan bahwa :”Kejujuran akan
membawa ketenangan dan ketidakjujuran akan menimbulkan keragu-raguan.”(HR.
Tirmidzi). Jujur dalam segala kegiatan yang berhubungan dengan orang lain
maka akan membuat tenang lahir dan batin.
3.
Niat Suci dan Ibadah
Bagi seorang muslim kegiatan bisnis senantiasa diniatkan
untuk beribadah kepada Allah sehingga hasil yang didapat nanti juga akan
digunakan untuk kepentingan dijalan Allah.
4.
Azzam dan bangun Lebih Pagi
Rasul saw mengajarkan agar kita berusaha mencari rezeki mulai
pagi hari setelah shalat subuh. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa :” Hai
anakku, bangunlah!sambutlah rizki dari Rabb-mu dan janganlah kamu tergolong
orang yang lalai, karena sesungguhnya Allah membagikan rizki manusia antara
terbitnya fajar sampai menjelang terbitnya matahari.”(HR. Baihaqi)
5.
Toleransi
Sikap toleransi diperlukan dalam bisnis sehingga kita dapat
menjadi pribadi bisnis yang mudah bergaul, supel, fleksibel, toleransi terhadap
langganan dan tidak kaku.
6.
Berzakat dan Berinfak
“
Tidaklah harta itu akan berkurang karena disedekahkan dan Allah tidak akan akan
menambahkan orang yang suka memberi maaf kecuali kemuliaan. Dan tidaklah
seorang yang suka merendahkan diri karena Allah melainkan Allah akan
meninggikan derajatnya.”(HR. Muslim). Dalam hadist tersebut telah
diungkapkan bahwa dengan berzakat dan berinfak maka kita tidak akan miskin,
melainkan Allah akan melipat gandakan rizki kita. Dengan berzakat, hal itu juga
akan membersihkan harta kita sehingga harta yang kita peroleh memang
benar-benar harta yang halal.
7.
Silaturahmi
Dalam usaha, adanya seorang partner sangat dibutuhkan demi
lancarnya usaha yang kita lakukan. Silaturrahmi ini dapat mempererat ikatan
kekeluargaan dan memberikan peluang-peluang bisnis baru. Pentingnya silaturahmi
ini juga dapat dilihat dari hadist berikut :”Siapa yang ingin murah
rizkinya dan panjang umurnya, maka hendaklah ia mempererat hubungan
silaturahmi.”(HR. Bukhari)
BAB III
PENUTUP
Dari
uraian di atas dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut.
- Dengan melihat realita secara jujur dan objektif, maka orang sadar bahwa menumbuhkan mental wirausaha merupakan terobosan yang penting dan tidak dapat ditunda-tunda lagi. Kita semua harus berpikir untuk melihat dan melangkah ke arah sana.
- Dalam Islam, baik dari segi konsep maupun praktik, aktivitas kewirausahaan bukanlah hal yang asing, justru inilah yang sering dipraktikkan oleh Nabi, istrinya, para sahabat, dan juga para ulama di tanah air. Islam bukan hanya bicara tentang entrepreneurship (meskipun dengan istilah kerja mandiri dan kerja keras), tetapi langsung mempraktikkannya dalam kehidupan nyata.
- Lembaga pendidikan melalui para praktisinya harus lebih konkret dalam menyiapkan program kegiatan pembelajaran yang benar-benar dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya spirit kewirausahaan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar