MAKALAH
TAFSIR AYAT DAKWAH
(IMAN)
DI SUSUN OLEH:
MUJIONO :1041020013
DOSEN PEMBIMBING:
DR. KHAIRON HAS, M.H.I
FAKULTAS DAKWAH
IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
2011/2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Sholawat teriring salam semoga selalu senantiasa Allah curahkan kepada
Rosulullah Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya.
Makalah yang berjudul “IMAN” adalah salah satu syarat dari proses
pembelajaran mata kuliah Tafsir Ayat Dakwah di Fakultas Dakwah Institut Agama
Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Dalam kesempatan
ini penulis mungucapkan terimakasih kepada :
1.
Bapak. DR. Khairon Has, M.H.I selaku dosen mata kuliah
Tafsir Ayat Dakwah Fakultas Dakwah IAIN Raden Intan Lampung.
2.
Sahabat-sahabat terbaikku dan seperjuangan Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam Angkatan 2010 yang telah memberikan motivasi
dalam menempuh kegiatan belajar sehingga bisa terselesaikannya makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr. Wb
Bandar Lampung, 23 Oktober 2011
Penulis
MUJIONO
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL....................................................................................... i
KATA
PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR
ISI.................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Iman................................................................................. 2
- Dalil Definisi Iman............................................................................. 2
- Penjelasan (Syarah) Depinisi............................................................. 3
- Macam-Macam Iman......................................................................... 4
- Cara Menaikan Iman......................................................................... 6
- Sebab Turunnya Iman……………………………………………...9
BAB III
PENAFSIRAN
- Ma’anil Mufrod................................................................................. 13
- Tafsir Ulama………………………………………………………..13
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan.......................................................................................... 15
2. Saran.................................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Hamdan Daulay, Dakwah di Tengah Persoalan
Budaya dan Politik, (Yogyakarta: LESFI,
2001).[1]
Andi Abdul Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2001
[1]
Abdul Munir Mulkhan, Teologi Kiri
Landasan Gerakan Membela Kaum Mustadl’afin, (Yogyakarta:
Kreasi Wacana, 2002).
[1]
Ibid
[1]
Ibid
[1]
Andi Abdul Muis,...,
[1]
Haedar Nasir, Islam dan Prilaku Umat
diTengah Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka
SM, 2002). _
[1]
Hamdan Daulay ,….,
[1] Andi Abdul Muis,...,
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
$yJ¯RÎ) cqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$#
#sÎ)
tÏ.è ª!$# ôMn=Å_ur
öNåkæ5qè=è% #sÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍkön=tã ¼çmçG»t#uä öNåkøEy#y $YZ»yJÎ)
4n?tãur óOÎgÎn/u tbqè=©.uqtGt
ÇËÈ
2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594]
ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya
kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
[594] Maksudnya:
orang yang Sempurna imannya.
[595] dimaksud dengan
disebut nama Allah ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan
memuliakannya.
Kita semua pastinya sudah mengetahui makna dari kata-kata
iman,yaitu percaya. Dan manusia sudah dikatakan beriman jika mempercayai adanya
Alloh swt, adanya para malaikat, adanya kitab-kitab Alloh, adanya para nabi dan
rasul , adanya hari kiamat, dan adaya takdir yang kesemuanya itu merupakan
rukun iman. namun masih banyak orang yang mengaku beragama islam dan beriman
tetapi dengan ringanya meninggalkan kewajiban-kewajibannya sebagaimana orang
islam. itu semua terjadi karena kita belum memahami hal-hal yang bisa
memperkokoh dan merusak iman.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman
Menurut bahasa Iman berarti “pembenaran hati”. Sedangkan
menurut istilah,Imana adalah “Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan
lisan dan mengamalkan dengan anggota badan”(Sumber : At-Taudhiih wal Bayaan li
Syaratil Iimaan, karya Imam Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, At-Tauhid Lish
Shaffits Tsani Al-’Ali, karya Al-Allamah Shalih Fauzan Al-Fauzan) Imam Ibnu
Rajab mengatakan : ”Imam Syafi’i menyebutkan bahwa Ijma’ para sahabat, tabi’in
dan orang setelah mereka yang mereka temui.”
B. Dalil Definisi Iman
Definisi Iman yaitu ”Membenarkan dengan hati, mengikrarkan
(mengucapkan) dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan.” Definisi ini
diambil dari banyak ayat al-Quran dan hadits Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam,
serta dari ijma’ (kesepakatan ulama), diantara dalilnya itu adalah:
Hadits yang pertama,Hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu
dari Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam, bahwa beliau bersabda : ”Iman adalah
tujuh puluh lebih cabang atau enam puluh lebih cabang. Cabang iman yang paling
utama ialah perkataan tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan
cabang iman terendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan. Malu termasuk
salah satu cabang iman.” (Hadits ini Shahih, Dikeluarkan atau diriwayatkan oleh
Al-Bukhari no 9, Muslim no 35, Ahmad 2/414, Abu Daud no 4676, At-Tirmidzi no
2614, An-Nasa’i 8/110, Ibnu Majah no 57, Ibnu Hibban no 166, 167, 181, 190,
191.)
Pengeluaran dalil dari hadits itu, ” Cabang iman yang paling
utama ialah perkataan tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah” Ini
menunjukkan bahwa ucapan adalah bagian dari Iman. ”dan cabang iman terendah
ialah menyingkirkan gangguan dari jalan.” Ini menunjukkan bahwa perbuatan
adalah bagian dari Iman. ”Malu termasuk salah satu cabang iman.” Ini
menunjukkan bahwa perbuatan hati, seperti malu, dan lain – lain termasuk
kedalam keimanan.
Hadits kedua,Hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri
Radhiyallahu’anhu berkata , aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wa
Sallam bersabda : ”Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah
ia mengubahnya dengan tangan nya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lidahnya.
Jika tidak mampu, maka dengan hatinya dan itulah iman yang paling lemah.”
(Hadits ini Shahih, Dikeluarkan atau diriwayatkan oleh Muslim no 49, Ahmad
3/10, 20, 49, 50, Abu Daud no 1140, 4340, At-Tirmidzi no 2172, An-Nasa’i 8/11,
121 dan Ibnu Majah no 1275, 4013, Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban no
306, 307)
Pengeluaran dalil dari hadits itu, ” Barangsiapa di antara
kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangan nya.” Ini
menujukan bahwa perbuatan itu termasuk kedalam keimanan. ”Jika ia tidak mampu,
maka dengan lidahnya” Ini menujukan bahwa perkataan itu termasuk kedalam
keimanan. ”Jika tidak mampu, maka dengan hatinya dan itulah iman yang paling
lemah.” Ini menujukan bahwa membenci didalam hati, adalah bagian dari keimanan.
Ijma’ (Kesepakatan) Ulama.Imam Ibnu Rajab mengatakan : ”Imam
Syafi’i menyebutkan bahwa Ijma’ para sahabat, tabi’in dan orang setelah mereka
yang mereka temui.” mengatakan bahwa Iman adalah “Membenarkan dengan hati,
mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan” (Sumber :
Jami’ul ilmi wal hikam, karya Imam Al-Hafizh Ibnu Rajab, At-Tauhid Lish
Shaffits Tsani Al-’Ali, karya Al-Allamah Shalih Fauzan Al-Fauzan) Dengan
demikian Iman mencakup, Aqidah (keyakinan), Ahlak, dan Amal Perbuatan.
C. Penjelasan (Syarah) Definisi
Iman
adalah :“Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan
dengan anggota badan”
“Iman adalah Membenarkan dengan hati” maksudnya membenarkan
segala apa yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dibawa oleh
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam, serta menerima dengan ikhlas.
”Iman adalah Mengikrarkan dengan lisan” maksudnya mengucapkan
dua kalimat syahadat ”Laa ilaha illallah wa anna Muhammad Rasulullah” (Tidak
ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah),serta
mengamalkan konsekuensi nya.
”Iman adalah Mengamalkan dengan anggota badan”maksudnya hati
mengamalkan dalam bentuk keyakinan, lisan mengamalkan dalam bentuk perkataan,
sedangkan anggota badan mengamalkannya dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan
fungsinya.
Amalan – amalan hati mencakup 24 perkara yang berisikan
keyakinan (aqidah) dan niat. Diantara nya adalah Rukun Iman yang enam,
Mencintai Allah, Cinta dan Benci karena Allah, Taubat, Syukur, Tawakal, Tidak
suka marah, tidak dengki, Ikhlas dan seterus nya
Amalan – Amalan lisan mencakup 7 perkara yaitu Melafazhkan
kalimat tauhid, Membaca al-Quran, Mempelajari Ilmu Agama, Mengajarkan Ilmu
Agama, Doa, Dzikir, Menjauhi perkataan sia – sia.
Amalan – amalan anggota badan mencakup 38 perkara yaitu (15)
perkara yang berhubungan dengan diri, seperti Shalat, Zakat, Bersuci, Menutup
Aurat, Memerdekakan budak, Puasa, Haji dan seterus nya.(6 ) perkara yang
berhubungan dengan orang yang dicintai, seperti mendidik anak, berbakti kepada
kedua orang tua, menyambung silaturahmi dan seterusnya.(17) perkara yang
berhubungan dengan masyarakat, seperti mentaati ulil amri (ulama dan
pemerintah), menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, menyingkirkan
gangguan dari jalan.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa ”iman bisa
bertambah dan bisa berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan
kemaksiatan. bertambah hingga mencapai tingkat tidak terhingga, berkurang
hingga habis tidak tersisa.
D. Macam-Macam Iman
Jika ada yang bertanya rukun iman ada berapa, maka jawabannya adalah
enam. Iman kepada Allah Swt.. Iman kepada malaikat-malaikat-Nya. Iman kepada
Rasul-rasul-Nya. Iman kepada kitab-kitab-Nya. Iman kepada hari akhir. Dan iman
kepada qadla dan qadar Allah.
Jika diminta menyebutkan bagaimana mengimani enam point
tersebut, kita dapat mempelajarinya dari para guru yang berkeyakinan
ahlussunnah Waljama’ah.
Jadi, berapa jumlah dan apa saja rukun iman, itu cukup mudah
untuk mengingat dan menyebutkannya. Namun satu pertanyaan penting adalah dari
mana datangnya iman? Sebab, seperti syair lagu yang dilantunkan salah satu
group Shalawat adalah “Iman itu tak dapat diwarisi.” Iman, sebagaimana ungkapan
Syeikh Nawawi Al Bantani (1815-1897 M), berangkat dari hidayah Allah Swt.
Apabila seseorang mengucapkan iman dengan lisan tanpa
diyakini dengan hati, maka ia telah beriman menurut kacamata manusia, tapi
tidak menurut Allah. Dan ia termasuk penghuni neraka. Sementara apabila iman ia
yakini dalam hati dan tidak diucapkan dengan lisan, meski tidak ada uzur, maka
ia tampak mengingkari iman menurut kacamata manusia tapi sejatinya beriman
menurut Allah. Dan ia termasuk penghuni surga. Lantas, apabiia iman tidak ia
ucapkan dan yakini dalam hati, maka ia mengingkari iman menurut kacamata manusia
dan menurut Allah.
Utamanya, apabila iman ia ucapkan dengan lisan dan yakini
dalam hati, maka lengkaplah sudah. la beriman menurut kacamata manusia dan
menurut Allah Swt.Menurut Syeikh Nawawi Ai Bantani, Iman terbagi atas tiga
macam.
Pertama, iman yang bersifat
taklid (Taqlidy). Yaitu seseorang yakin akan keesaan Allah, dst. karena
mengikuti (taqlid) ungkapan atau bimbingan para ulama, tanpa harus dibuktikan.
Mudahnya, ia akan mengikuti “apa kata ulama”. Biasanya orang seperti ini adalah
orang awam (tidak ahli) dibidang ilmu agama.
Kedua, iman yang bersifat argumentasi atau yang membutuhkan
dalil-dalil (Istidlaly). Yaitu mereka tidak hanya iman tapi perlu bukti dalam
bentuk tanda-tanda atau argumentasi yang jelas. Misalkan adanya pencipta dapat
diketahui dari adanya penciptaan. Atau dibalik, benarkah dari penciptaan yang
ada membuktikan adanya Sang Pencipta. Biasanya iman seperti ini dimiliki oleh
orang-orang awam (kurang ahli atau juga ahli dibidang ilmu agama) yang
menalarkan pikirannya.
Biasanya, iman taqlidy dan istidlaly tadi dalam prakteknya
masih terpengaruh oleh keadaan dan kemampuan pembuktian dalil. Misalnya, ada
orang yang baru mendapatkan kesenangan, imannya langsung naik. Tanda-tandanya
terlihat dari sikap bersyukur, dll. Atau mungkin pula ada orang yang
mendapatkan kesusahan, imannya langsung ngedrop. karena adanya kesusahan ia
menjadi lupa dan mengatakan Tuhan tidak adil.
Tapi lain halnya dengan iman hakiki. Baik dalam keadaan senang atau pun
susah, sebentar ataupun lama, sedikitpun tidak menggoyahkan kadar kualitasnya. Oleh
karena itu, bagi orang yang sedang dalam posisi taklidy atau istidlaly
selayaknya melirik iman hakiki ini.
E. Cara Menaikkan Kadar Iman :
1. Pelajarilah berbagai
ilmu agama Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits
a. Perbanyaklah membaca
Al-Qur’an dan renungkan maknanya
Ayat-ayat Al-Qur’an
memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing orang
yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu
menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak
Al-Qur’an mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang
pencari ketenangan.
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS, Shaad 38:29)
”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” (QS, al-Israa’ 17:82)
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS, Shaad 38:29)
”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” (QS, al-Israa’ 17:82)
b. Pelajarilah ilmu mengenai Asma’ul Husna, Sifat-sifat
Yang Maha Agung.
Bila seseorang
memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui,
maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun
yang tidak disukai Allah.
Bila seseorang
memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa, maka semakin
besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat sehingga iapun secara
cermat memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa bertemu
dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
Bila seseorang
memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar, maka iapun
merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu bahwa ia
dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
c. Pelajari dengan cermat sejarah (Siroh) kehidupan
Rasulullah SAW.
Dengan memahami
perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah, akan menumbuhkan rasa cinta kita
terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan untuk mencontoh semua
perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan Allah.
Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah
saw dan bertanya, “Wahai Rasul Allah, kapan tibanya hari akhirat?”. Rasulullah
saw balik bertanya : “Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari
akhirat?”. Si sahabat menjawab , “Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan
bersedekah selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun didalam
hati, aku sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah”. Rasulullah saw menjawab,
“Insya Allah, di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai”. (HR Muslim)
Inilah hadits yang
sangat disukai para sahabat Rasulullah SAW. Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah
adalah salah satu jalan menuju surga, dan membaca riwayat hidupnya (siroh)
adalah cara terpenting untuk lebih mudah memahami dan mencintai Rasulullah SAW.
d. Mempelajari Jasa-jasa dan Kualitas Agama Islam
Perenungan terhadap
syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya, perintah dan
larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan ajaran agama
Islam ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket yang sedemikian
rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada adabnya, untuk
aspek hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun
ada aturannya.
e. Mempelajari Kehidupan Orang-orang Sholeh (generasi
Shalafus Sholihin, para sahabat
Rasulullah SAW, murid-murid para sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in)
Mereka adalah
generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang yang kadar
keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara manusia zaman kini
diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud. Umar
r.a. pernah memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya ketika tahu bahwa
makanan yang diberikan padanya kurang halal sumbernya. Sejarah lain
menceritakan tentang lumrahnya seorang tabi’in meng-khatamkan Qur’an dalam satu
kali sholatnya. Atau cerita tentang seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun
hidupnya berturut-turut tidak pernah sholat wajib sendiri kecuali berjamaah di
mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis karena lupa mengucap doa ketika masuk
mesjid. Inilah cerita-cerita teladan yang mampu menggetarkan hati seorang yang
sedang meningkatkan keimanannnya.
2. Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di
alam (ma’rifatullah)
Singkirkan dulu
kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana alam ini diciptakan.
Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan alam yang sempurna
ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya,
galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom.
Renungkan pula
rahasia dan mukjizat Qur’an. Salah satu keajaiban Al Qur’an adalah struktur
matematis Al Qur’an. Walau wahyu Allah diturunkan bertahap namun ketika seluruh
wahyu lengkap maka ditemukan bahwa kata tunggal “hari” disebut sebanyak 365
kali, sebanyak jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah (masehi). Kata jamak hari
disebut sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari dalam satu bulan. Sedang kata
Syahrun (bulan) dalam Al Quran disebut sebanyak 12 kali sama dengan jumlah
bulan dalam satu tahun. Kata Saa’ah (jam) disebutkan sebanyak 24 kali sama
dengan jumlah jam sehari semalam. Dan semua kata-kata itu tersebar di 114 surat dan 6666 ayat dan
ratusan ribu kata yang tersusun indah. Dan masih banyak lagi keajaiban dan
mukjizat Al Quran dari sisi pandang lainnya yang membuktikan bahwa itu bukan
karya manusia.
Masih banyak pula mukjizat lainnya di alam ini
yang membuktikan bahwa alam ini memiliki struktur yang sangat sempurna dan
tidak mungkin tercipta dengan sendirinya. Adalah lumrah, bahwa sesuatu yang
tidak mungkin diciptakan manusia, pastilah diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa,
Maha Besar. Inilah yang menambah kecilnya diri kita dan menambah kekaguman dan
cinta serta iman kita kepada Sang Pencipta alam semesta ini.
3. Berusaha keras melakukan amal perbuatan yang baik
secara ikhlas
Amal perbuatan perlu
digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap melalui lidah kita dan
kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan keseriusan untuk
melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati,Dilakukan melalui
pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga kesucian hati.
Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan Allah. Jauhi
sifat tamak, kikir, prasangka buruk dan sebagainya.
b. Amalan Lidah,Perbanyak membaca
Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar, mengirim salam dan
sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan, melarang
kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh,Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah, perjuangan untuk berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria).
c. Amalan Anggota Tubuh,Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah, perjuangan untuk berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria).
F.
Sebab-sebab turunnya kadar iman :
Sebab-sebab dari dalam diri kita sendiri
(Internal) :
1. Kebodohan
Kebodohan merupakan
pangkal dari berbagai perbuatan buruk. Seseorang berbuat jahat boleh jadi
karena ia tak tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama, atau ia tidak tahu
ancaman dan bahaya yang akan dihadapinya kelak di akhirat, atau ia tidak tahu
keperkasaan Sang Maha Kuasa yang mengatur denyut jantungnya, mengatur musibah
dan rezekinya.
2. Ketidakpedulian, keengganan dan melupakan
Ketidakpedulian
menyebabkan pikiran seseorang diisi dengan hal-hal duniawi yang hanya ia sukai
(yang ia pedulikan), sedangkan yang bukan ia sukai tidak diberi tempat
dipikirannya. Ini menyebabkan ia tidak ingat (dzikir) pada Allah, sifatnya
tidak tulus, tidak punya rasa takut dan malu (kepada Allah), tidak merasa
berdosa (tidak perlu tobat), dan bisa jadi ia menjadi sombong karena tidak
merasakan pentingnya berbuat rendah hati dan sederhana.
Kengganan seseorang
untuk melakukan suatu kebaikan padahal ia tahu hal itu telah diperintahkan
Allah, maka ia termasuk orang yang men-zhalimi (melalaikan) dirinya sendiri.
Allah akan mengunci hatinya dari jalan yang lurus (al-Kahfi 18:5), dan ia akan
menjadi teman syeitan (Thaaha 20:124).
Melupakan kewajiban
dan kepatuhan seseorang dalam beribadah berawal dari sifat lalai atau lemah
hatinya. Waktu dan energinya harus didorong agar diisi lebih banyak dengan
perbuatan amal sholeh, kalau tidak maka kesenangan duniawi akan semakin
menguasai dirinya hingga ia semakin jauh dari ingat (dzikir) kepada Allah.
3. Menyepelekan dan melakukan perbuatan dosa
Awal dari perbuatan
dosa adalah sikap menyepelekan (tidak patuh terhadap) perintah dan larangan
Allah. Perbuatan dosa umumnya dilakukan secara bertahap, misalnya dimulai dari
zinah pandangan mata yang dianggap dosa kecil kemudian berkembang menjadi zinah
tubuh. Dosa-dosa kecil yang disepelekan merupakan proses pendidikan jahat
(pembiasaan) untuk menyepelekan dosa-dosa besar. Karena itu basmilah dosa-dosa
kecil selagi belum tumbuh menjadi dosa besar.
4. Jiwa yang selalu memerintahkan berbuat jahat
Ibnul Qayyim Al
Jauziyyah mengatakan, Allah menggabungkan dua jiwa, yakni jiwa jahat dan jiwa
yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka saling bermusuhan dalam
diri seorang manusia. Disaat salah satu melemah, maka yang lain menguat. Perang
antar keduanya berlangsung terus hingga si empunya jiwa meninggal dunia. Adalah
sungguh merugi orang-orang yang jiwa jahatnya menguasai tubuhnya. Seperti sabda
Rasulullah, “..barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang
dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkannya maka tidak ada
seorangpun yang dapat memberinya petunjuk”. Sifat lalai, tidak mau belajar
agama, sombong dan tidak peduli merupakan beberapa cara untuk membiarkan jiwa
jahat dalam tubuh kita berkuasa. Sedangkan sifat rendah hati, mau belajar, mau
melakukan instropeksi (muhasabah) merupakan cara untuk memperkuat jiwa kebaikan
(jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita.
Sebab-sebab dari luar diri kita (External) :
1. Syaitan
Syaitan adalah musuh
manusia. Tujuan syaitan adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa saja yang
tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah maka ia menjadi sarang
syaitan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah,
membujuknya melakukan dosa.
2. Bujukan dan rayuan dunia
Allah SWT berfirman :
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan
suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti)
ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan
dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS, al-Hadiid 57:20).
Tujuan hidup manusia
seluruhnya untuk akhirat. Apapun kegiatan dunia yang kita lakukan, seperti
mencari nafkah, menonton TV, bertemu teman dan keluarga, seharusnya semua itu
ditujukan untuk meraih pahala akhirat. Tidak secuilpun dari kegiatan duniawi
boleh dilepaskan dari aturan main yang diperintahkan atau dilarang Allah. Ibnul
Qayyim mengibaratkan hati sebagai suatu wadah bagi tujuan hidup manusia
(akhirat dan duniawi) dengan kapasitas (daya tampung) tertentu. Ketika tujuan
duniawi tumbuh maka ia akan mengurangi porsi tujuan akhirat. Ketika porsi
tujuan akhirat bertambah maka porsi tujuan duniawi berkurang. Dalam situasi
dimana tujuan dunia menguasai hati kita maka hanya tersisa sedikit porsi
akhirat di hati kita, dan inilah awal dari menurunnya keimanan kita.
3. Pergaulan yang buruk
Rasulullah bersabda :
“Seseorang itu terletak pada agama teman dekatnya, sehingga masing-masing kamu
sebaiknya melihat kepada siapa dia mengambil teman dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu
Dawud, al-Hakim, al-Baghawi).
Seorang teman yang
sholeh selalu memperhatikan perintah dan larangan Allah, karenanya ia selalu
mengajak siapa saja orang disekitarnya untuk menuju kepada kebaikan dan
mengingatkan mereka bila mendekati kemungkaran. Teman dan sahabat yang sholeh
sangat penting kita miliki di zaman kini dimana pergaulan manusia sudah sangat
bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam. Berada diantara
teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak merasa asing bila
mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria bisa merasa bersalah bila ia
membicarakan aurat wanita diantara orang-orang sholeh. Sebaliknya berada
diantara orang-orang yang tidak sholeh atau berperilaku buruk menjadikan kita
dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak melakukan sholat.
Menaikkan kadar iman
bukanlah suatu pekerjaan mudah, karena begitu banyak usaha (menuntut ilmu,
amalan-amalan) yang harus kita lakukan disamping godaan (syaitan, duniawi) yang
akan kita hadapi. Paling tidak kita termasuk orang-orang yang lebih beruntung
dibanding orang lain yang belum sempat mengetahui “sebab-sebab naik-turunnya
iman” dalam tulisan ini. Mari kita ingatkan teman-teman kita dengan menyebarkan
tulisan ini.
BAB IV
PENAFSIRAN
$yJ¯RÎ) cqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$#
#sÎ)
tÏ.è ª!$# ôMn=Å_ur
öNåkæ5qè=è% #sÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍkön=tã ¼çmçG»t#uä öNåkøEy#y $YZ»yJÎ)
4n?tãur óOÎgÎn/u tbqè=©.uqtGt
ÇËÈ
2.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.[1]
1. MA’ANIL MUFRAD
$yJ¯RÎ) : Sesungguhnya
cqãZÏB÷sßJø9$# : orang-orang yang beriman
ûïÏ%©!$# : mereka
!$#Ï.è #sÎ) : yang bila disebut nama Allah
Nåkæ5qè=è%Mn=Å_ur : gemetarlah hati mereka
¼çmçG»t#uäNÍkön=tãMuÎ=è?#sÎ)ur : dan
apabila dibacakan ayat-ayatNya
$YZ»yJÎ)NåkøEy#y : bertambahlah iman mereka
OÎgÎn/un?tãur : dan Hanya kepada Tuhanlah
tbqè=©.uqtGt : mereka bertawakkal
2. TAFSIR PARA ULAMA
cqãZÏB÷sßJø9$#$yJ¯RÎ) :
Orang-Orang yang sempurna keimanannya
Nåkæ5qè=è%Mn=Å_ur :Gemetar karna zikir / ingat
Allah dan mengagungkan kepadanya dan takut akan siksanya
$YZ»yJÎ)NåkøEy#y :Bertambah
taat dan berkurang maksiatnya,memasrahkan segala urusannya kepada Allah
4
ó
tbqè=©.uqtGtOÎgÎn/un?tãur : Dan tidak takut dan tidak mengharapkan
sesuatu kecuali hanya kepadanya
úïÏ%©!$#
cqßJÉ)ã no4qn=¢Á9$# $£JÏBur öNßg»uZø%yu
tbqà)ÏÿZã ÇÌÈ y7Í´¯»s9'ré& ãNèd
tbqãZÏB÷sßJø9$# $y)ym ÇÍÈ
3. (yaitu) orang-orang
yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang kami
berikan kepada mereka.
4. Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benarnya.
Maksudnya:
Dikarnakan orang-orang beriman itu menetapkan keimanan mereka dengan mulia nya
hati dari rasa takut akan siksa Allah dan ikhlas (mengharap ridla Allah) serta
menyerahkan segala sesuatunya pada Allah( Tawakkal) dan membagusi (meningkatkan
ibadah) seperti shalat dan shadaqah.
ﻮﺤﻗﺎ ﺼﻔﺔ ﻣﺼﺪﺮ ﻣﺨﺫﻮﻒ ﺍﻱ ﺍﻴﻣﺎﻧﺎ ﺤﻗﺎ ﺍﻮﻣﺼﺪﺮﻣﺆﻛﺪ
Kata Haqqan: kata sifat masdar yang di simpan
Kata Ayy Imanan Haqqan: atau masdar mu’akad.[2]
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Setelah kita membaca
makalah diatas dapat disimpulkan bahwa buah Imankepada Allah adalah
1. Merealisasikan pengesaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala
sehingga tidak menggantungkan harapan kepada selain Allah, tidak takut
kepada yanglain, dan tidak menyembah kepada selain-Nya
2. Menyempurnakan kecintaan terhadap Allah, serta mengagungkan-Nya sesuai dengan
nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang MahaTinggi
3. Merealisasikan ibadah kepada Allah dengan mengerjakan apa yangdiperintah
serta menjauhi apa yang dilarang-Nya
.2. Saran
Dengan kita mempelajari Iman Kepada Allah maka hendaknya kitameningkatkan keimanan dan taqwa kita pada Allah
SWT sebagai bentuk pertanggung jawaban
kita sebagai hambaNya.
Kritik Kirim Ke Email :
mujiono.albasri@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar