KUMPULAN MAKALAH

SELAMAT DATANG DI DUNIA ILMU
SEMOGA BERMANFAAT BAGI ANDA

Jumat, 16 Maret 2012

makalh tafsir ayat dakwah IV


MAKALAH

TAFSIR AYAT DAKWAH
(IMAN)


DI SUSUN OLEH:

MUJIONO     :1041020013


DOSEN PEMBIMBING:

DR. KHAIRON HAS, M.H.I















FAKULTAS DAKWAH
IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
2011/2012
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat teriring salam semoga selalu senantiasa Allah curahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya.
Makalah yang berjudul “IMAN” adalah salah satu syarat dari proses pembelajaran mata kuliah Tafsir Ayat Dakwah di Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mungucapkan terimakasih kepada :
1.    Bapak. DR. Khairon Has, M.H.I selaku dosen mata kuliah Tafsir Ayat Dakwah Fakultas Dakwah IAIN Raden Intan Lampung.
2.    Sahabat-sahabat terbaikku dan seperjuangan Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Angkatan 2010 yang telah memberikan motivasi dalam menempuh kegiatan belajar sehingga bisa terselesaikannya  makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr. Wb
Bandar Lampung, 23 Oktober 2011
Penulis

MUJIONO

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii        
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
  1. Pengertian Iman................................................................................. 2
  2. Dalil Definisi Iman............................................................................. 2
  3. Penjelasan (Syarah) Depinisi............................................................. 3
  4. Macam-Macam Iman......................................................................... 4
  5. Cara Menaikan Iman......................................................................... 6
  6. Sebab Turunnya Iman……………………………………………...9
BAB III PENAFSIRAN
  1. Ma’anil Mufrod................................................................................. 13
  2. Tafsir Ulama………………………………………………………..13
BAB IV PENUTUP
      1. Kesimpulan.......................................................................................... 15
      2. Saran.................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA







DAFTAR PUSTAKA

[1] Hamdan Daulay, Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik, (Yogyakarta: LESFI, 2001).[1] Andi Abdul Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001
[1] Abdul Munir Mulkhan, Teologi Kiri Landasan Gerakan Membela Kaum Mustadl’afin, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002).
[1] Ibid
[1] Ibid
[1] Andi Abdul Muis,...,
[1] Haedar Nasir, Islam dan Prilaku Umat diTengah Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka SM, 2002). _
[1] Hamdan Daulay ,….,
[1] Andi Abdul Muis,...,























BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
$yJ¯RÎ) šcqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sŒÎ) tÏ.èŒ ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sŒÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍköŽn=tã ¼çmçG»tƒ#uä öNåkøEyŠ#y $YZ»yJƒÎ) 4n?tãur óOÎgÎn/u tbqè=©.uqtGtƒ ÇËÈ
2.  Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

[594]  Maksudnya: orang yang Sempurna imannya.
[595]  dimaksud dengan disebut nama Allah ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakannya.

Kita semua pastinya sudah mengetahui makna dari kata-kata iman,yaitu percaya. Dan manusia sudah dikatakan beriman jika mempercayai adanya Alloh swt, adanya para malaikat, adanya kitab-kitab Alloh, adanya para nabi dan rasul , adanya hari kiamat, dan adaya takdir yang kesemuanya itu merupakan rukun iman. namun masih banyak orang yang mengaku beragama islam dan beriman tetapi dengan ringanya meninggalkan kewajiban-kewajibannya sebagaimana orang islam. itu semua terjadi karena kita belum memahami hal-hal yang bisa memperkokoh dan merusak iman.











BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman
Menurut bahasa Iman berarti “pembenaran hati”. Sedangkan menurut istilah,Imana adalah “Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan”(Sumber : At-Taudhiih wal Bayaan li Syaratil Iimaan, karya Imam Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, At-Tauhid Lish Shaffits Tsani Al-’Ali, karya Al-Allamah Shalih Fauzan Al-Fauzan) Imam Ibnu Rajab mengatakan : ”Imam Syafi’i menyebutkan bahwa Ijma’ para sahabat, tabi’in dan orang setelah mereka yang mereka temui.”

B. Dalil Definisi Iman
Definisi Iman yaitu ”Membenarkan dengan hati, mengikrarkan (mengucapkan) dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan.” Definisi ini diambil dari banyak ayat al-Quran dan hadits Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam, serta dari ijma’ (kesepakatan ulama), diantara dalilnya itu adalah:
Hadits yang pertama,Hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu dari Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam, bahwa beliau bersabda : ”Iman adalah tujuh puluh lebih cabang atau enam puluh lebih cabang. Cabang iman yang paling utama ialah perkataan tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan cabang iman terendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan. Malu termasuk salah satu cabang iman.” (Hadits ini Shahih, Dikeluarkan atau diriwayatkan oleh Al-Bukhari no 9, Muslim no 35, Ahmad 2/414, Abu Daud no 4676, At-Tirmidzi no 2614, An-Nasa’i 8/110, Ibnu Majah no 57, Ibnu Hibban no 166, 167, 181, 190, 191.)
Pengeluaran dalil dari hadits itu, ” Cabang iman yang paling utama ialah perkataan tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah” Ini menunjukkan bahwa ucapan adalah bagian dari Iman. ”dan cabang iman terendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan.” Ini menunjukkan bahwa perbuatan adalah bagian dari Iman. ”Malu termasuk salah satu cabang iman.” Ini menunjukkan bahwa perbuatan hati, seperti malu, dan lain – lain termasuk kedalam keimanan.
Hadits kedua,Hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu’anhu berkata , aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda : ”Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangan nya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lidahnya. Jika tidak mampu, maka dengan hatinya dan itulah iman yang paling lemah.” (Hadits ini Shahih, Dikeluarkan atau diriwayatkan oleh Muslim no 49, Ahmad 3/10, 20, 49, 50, Abu Daud no 1140, 4340, At-Tirmidzi no 2172, An-Nasa’i 8/11, 121 dan Ibnu Majah no 1275, 4013, Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban no 306, 307)
Pengeluaran dalil dari hadits itu, ” Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangan nya.” Ini menujukan bahwa perbuatan itu termasuk kedalam keimanan. ”Jika ia tidak mampu, maka dengan lidahnya” Ini menujukan bahwa perkataan itu termasuk kedalam keimanan. ”Jika tidak mampu, maka dengan hatinya dan itulah iman yang paling lemah.” Ini menujukan bahwa membenci didalam hati, adalah bagian dari keimanan.
Ijma’ (Kesepakatan) Ulama.Imam Ibnu Rajab mengatakan : ”Imam Syafi’i menyebutkan bahwa Ijma’ para sahabat, tabi’in dan orang setelah mereka yang mereka temui.” mengatakan bahwa Iman adalah “Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan” (Sumber : Jami’ul ilmi wal hikam, karya Imam Al-Hafizh Ibnu Rajab, At-Tauhid Lish Shaffits Tsani Al-’Ali, karya Al-Allamah Shalih Fauzan Al-Fauzan) Dengan demikian Iman mencakup, Aqidah (keyakinan), Ahlak, dan Amal Perbuatan.

C. Penjelasan (Syarah) Definisi
Iman adalah :“Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan”
“Iman adalah Membenarkan dengan hati” maksudnya membenarkan segala apa yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam, serta menerima dengan ikhlas.
”Iman adalah Mengikrarkan dengan lisan” maksudnya mengucapkan dua kalimat syahadat ”Laa ilaha illallah wa anna Muhammad Rasulullah” (Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah),serta mengamalkan konsekuensi nya.
”Iman adalah Mengamalkan dengan anggota badan”maksudnya hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan, lisan mengamalkan dalam bentuk perkataan, sedangkan anggota badan mengamalkannya dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya.
Amalan – amalan hati mencakup 24 perkara yang berisikan keyakinan (aqidah) dan niat. Diantara nya adalah Rukun Iman yang enam, Mencintai Allah, Cinta dan Benci karena Allah, Taubat, Syukur, Tawakal, Tidak suka marah, tidak dengki, Ikhlas dan seterus nya
Amalan – Amalan lisan mencakup 7 perkara yaitu Melafazhkan kalimat tauhid, Membaca al-Quran, Mempelajari Ilmu Agama, Mengajarkan Ilmu Agama, Doa, Dzikir, Menjauhi perkataan sia – sia.
Amalan – amalan anggota badan mencakup 38 perkara yaitu (15) perkara yang berhubungan dengan diri, seperti Shalat, Zakat, Bersuci, Menutup Aurat, Memerdekakan budak, Puasa, Haji dan seterus nya.(6 ) perkara yang berhubungan dengan orang yang dicintai, seperti mendidik anak, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung silaturahmi dan seterusnya.(17) perkara yang berhubungan dengan masyarakat, seperti mentaati ulil amri (ulama dan pemerintah), menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, menyingkirkan gangguan dari jalan.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa ”iman bisa bertambah dan bisa berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. bertambah hingga mencapai tingkat tidak terhingga, berkurang hingga habis tidak tersisa.

D. Macam-Macam Iman
Jika ada yang bertanya rukun iman ada berapa, maka jawabannya adalah enam. Iman kepada Allah Swt.. Iman kepada malaikat-malaikat-Nya. Iman kepada Rasul-rasul-Nya. Iman kepada kitab-kitab-Nya. Iman kepada hari akhir. Dan iman kepada qadla dan qadar Allah.
Jika diminta menyebutkan bagaimana mengimani enam point tersebut, kita dapat mempelajarinya dari para guru yang berkeyakinan ahlussunnah Waljama’ah.
Jadi, berapa jumlah dan apa saja rukun iman, itu cukup mudah untuk mengingat dan menyebutkannya. Namun satu pertanyaan penting adalah dari mana datangnya iman? Sebab, seperti syair lagu yang dilantunkan salah satu group Shalawat adalah “Iman itu tak dapat diwarisi.” Iman, sebagaimana ungkapan Syeikh Nawawi Al Bantani (1815-1897 M), berangkat dari hidayah Allah Swt.
Apabila seseorang mengucapkan iman dengan lisan tanpa diyakini dengan hati, maka ia telah beriman menurut kacamata manusia, tapi tidak menurut Allah. Dan ia termasuk penghuni neraka. Sementara apabila iman ia yakini dalam hati dan tidak diucapkan dengan lisan, meski tidak ada uzur, maka ia tampak mengingkari iman menurut kacamata manusia tapi sejatinya beriman menurut Allah. Dan ia termasuk penghuni surga. Lantas, apabiia iman tidak ia ucapkan dan yakini dalam hati, maka ia mengingkari iman menurut kacamata manusia dan menurut Allah.
Utamanya, apabila iman ia ucapkan dengan lisan dan yakini dalam hati, maka lengkaplah sudah. la beriman menurut kacamata manusia dan menurut Allah Swt.Menurut Syeikh Nawawi Ai Bantani, Iman terbagi atas tiga macam.
 Pertama, iman yang bersifat taklid (Taqlidy). Yaitu seseorang yakin akan keesaan Allah, dst. karena mengikuti (taqlid) ungkapan atau bimbingan para ulama, tanpa harus dibuktikan. Mudahnya, ia akan mengikuti “apa kata ulama”. Biasanya orang seperti ini adalah orang awam (tidak ahli) dibidang ilmu agama.
Kedua, iman yang bersifat argumentasi atau yang membutuhkan dalil-dalil (Istidlaly). Yaitu mereka tidak hanya iman tapi perlu bukti dalam bentuk tanda-tanda atau argumentasi yang jelas. Misalkan adanya pencipta dapat diketahui dari adanya penciptaan. Atau dibalik, benarkah dari penciptaan yang ada membuktikan adanya Sang Pencipta. Biasanya iman seperti ini dimiliki oleh orang-orang awam (kurang ahli atau juga ahli dibidang ilmu agama) yang menalarkan pikirannya.

Biasanya, iman taqlidy dan istidlaly tadi dalam prakteknya masih terpengaruh oleh keadaan dan kemampuan pembuktian dalil. Misalnya, ada orang yang baru mendapatkan kesenangan, imannya langsung naik. Tanda-tandanya terlihat dari sikap bersyukur, dll. Atau mungkin pula ada orang yang mendapatkan kesusahan, imannya langsung ngedrop. karena adanya kesusahan ia menjadi lupa dan mengatakan Tuhan tidak adil.
Tapi lain halnya dengan iman hakiki. Baik dalam keadaan senang atau pun susah, sebentar ataupun lama, sedikitpun tidak menggoyahkan kadar kualitasnya. Oleh karena itu, bagi orang yang sedang dalam posisi taklidy atau istidlaly selayaknya melirik iman hakiki ini.

E. Cara Menaikkan Kadar Iman :
1. Pelajarilah berbagai ilmu agama Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits
a. Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS, Shaad 38:29)
”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” (QS, al-Israa’ 17:82)
b. Pelajarilah ilmu mengenai Asma’ul Husna, Sifat-sifat Yang Maha Agung.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa, maka semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat sehingga iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar, maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
c. Pelajari dengan cermat sejarah (Siroh) kehidupan Rasulullah SAW.
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah, akan menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan Allah.
Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah saw dan bertanya, “Wahai Rasul Allah, kapan tibanya hari akhirat?”. Rasulullah saw balik bertanya : “Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?”. Si sahabat menjawab , “Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan bersedekah selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun didalam hati, aku sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah”. Rasulullah saw menjawab, “Insya Allah, di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai”. (HR Muslim)
Inilah hadits yang sangat disukai para sahabat Rasulullah SAW. Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan menuju surga, dan membaca riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih mudah memahami dan mencintai Rasulullah SAW.
d. Mempelajari Jasa-jasa dan Kualitas Agama Islam
Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya, perintah dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan ajaran agama Islam ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket yang sedemikian rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun ada aturannya.
e. Mempelajari Kehidupan Orang-orang Sholeh (generasi Shalafus Sholihin, para      sahabat Rasulullah SAW, murid-murid para sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in)
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara manusia zaman kini diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud. Umar r.a. pernah memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya ketika tahu bahwa makanan yang diberikan padanya kurang halal sumbernya. Sejarah lain menceritakan tentang lumrahnya seorang tabi’in meng-khatamkan Qur’an dalam satu kali sholatnya. Atau cerita tentang seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya berturut-turut tidak pernah sholat wajib sendiri kecuali berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis karena lupa mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita teladan yang mampu menggetarkan hati seorang yang sedang meningkatkan keimanannnya.
2. Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam (ma’rifatullah)
Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana alam ini diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan alam yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom.
Renungkan pula rahasia dan mukjizat Qur’an. Salah satu keajaiban Al Qur’an adalah struktur matematis Al Qur’an. Walau wahyu Allah diturunkan bertahap namun ketika seluruh wahyu lengkap maka ditemukan bahwa kata tunggal “hari” disebut sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah (masehi). Kata jamak hari disebut sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari dalam satu bulan. Sedang kata Syahrun (bulan) dalam Al Quran disebut sebanyak 12 kali sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Kata Saa’ah (jam) disebutkan sebanyak 24 kali sama dengan jumlah jam sehari semalam. Dan semua kata-kata itu tersebar di 114 surat dan 6666 ayat dan ratusan ribu kata yang tersusun indah. Dan masih banyak lagi keajaiban dan mukjizat Al Quran dari sisi pandang lainnya yang membuktikan bahwa itu bukan karya manusia.
 Masih banyak pula mukjizat lainnya di alam ini yang membuktikan bahwa alam ini memiliki struktur yang sangat sempurna dan tidak mungkin tercipta dengan sendirinya. Adalah lumrah, bahwa sesuatu yang tidak mungkin diciptakan manusia, pastilah diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Besar. Inilah yang menambah kecilnya diri kita dan menambah kekaguman dan cinta serta iman kita kepada Sang Pencipta alam semesta ini.
3. Berusaha keras melakukan amal perbuatan yang baik secara ikhlas
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap melalui lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati,Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga kesucian hati. Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan Allah. Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka buruk dan sebagainya.
b. Amalan Lidah,Perbanyak membaca Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar, mengirim salam dan sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan, melarang kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh,Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah, perjuangan untuk berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria).

F. Sebab-sebab turunnya kadar iman :
Sebab-sebab dari dalam diri kita sendiri (Internal) :
1. Kebodohan
Kebodohan merupakan pangkal dari berbagai perbuatan buruk. Seseorang berbuat jahat boleh jadi karena ia tak tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama, atau ia tidak tahu ancaman dan bahaya yang akan dihadapinya kelak di akhirat, atau ia tidak tahu keperkasaan Sang Maha Kuasa yang mengatur denyut jantungnya, mengatur musibah dan rezekinya.
2. Ketidakpedulian, keengganan dan melupakan
Ketidakpedulian menyebabkan pikiran seseorang diisi dengan hal-hal duniawi yang hanya ia sukai (yang ia pedulikan), sedangkan yang bukan ia sukai tidak diberi tempat dipikirannya. Ini menyebabkan ia tidak ingat (dzikir) pada Allah, sifatnya tidak tulus, tidak punya rasa takut dan malu (kepada Allah), tidak merasa berdosa (tidak perlu tobat), dan bisa jadi ia menjadi sombong karena tidak merasakan pentingnya berbuat rendah hati dan sederhana.
Kengganan seseorang untuk melakukan suatu kebaikan padahal ia tahu hal itu telah diperintahkan Allah, maka ia termasuk orang yang men-zhalimi (melalaikan) dirinya sendiri. Allah akan mengunci hatinya dari jalan yang lurus (al-Kahfi 18:5), dan ia akan menjadi teman syeitan (Thaaha 20:124).
Melupakan kewajiban dan kepatuhan seseorang dalam beribadah berawal dari sifat lalai atau lemah hatinya. Waktu dan energinya harus didorong agar diisi lebih banyak dengan perbuatan amal sholeh, kalau tidak maka kesenangan duniawi akan semakin menguasai dirinya hingga ia semakin jauh dari ingat (dzikir) kepada Allah.
3. Menyepelekan dan melakukan perbuatan dosa
Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menyepelekan (tidak patuh terhadap) perintah dan larangan Allah. Perbuatan dosa umumnya dilakukan secara bertahap, misalnya dimulai dari zinah pandangan mata yang dianggap dosa kecil kemudian berkembang menjadi zinah tubuh. Dosa-dosa kecil yang disepelekan merupakan proses pendidikan jahat (pembiasaan) untuk menyepelekan dosa-dosa besar. Karena itu basmilah dosa-dosa kecil selagi belum tumbuh menjadi dosa besar.
4. Jiwa yang selalu memerintahkan berbuat jahat
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah menggabungkan dua jiwa, yakni jiwa jahat dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka saling bermusuhan dalam diri seorang manusia. Disaat salah satu melemah, maka yang lain menguat. Perang antar keduanya berlangsung terus hingga si empunya jiwa meninggal dunia. Adalah sungguh merugi orang-orang yang jiwa jahatnya menguasai tubuhnya. Seperti sabda Rasulullah, “..barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk”. Sifat lalai, tidak mau belajar agama, sombong dan tidak peduli merupakan beberapa cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita berkuasa. Sedangkan sifat rendah hati, mau belajar, mau melakukan instropeksi (muhasabah) merupakan cara untuk memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita.

Sebab-sebab dari luar diri kita (External) :
1. Syaitan
Syaitan adalah musuh manusia. Tujuan syaitan adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah maka ia menjadi sarang syaitan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah, membujuknya melakukan dosa.
2. Bujukan dan rayuan dunia
Allah SWT berfirman : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS, al-Hadiid 57:20).
Tujuan hidup manusia seluruhnya untuk akhirat. Apapun kegiatan dunia yang kita lakukan, seperti mencari nafkah, menonton TV, bertemu teman dan keluarga, seharusnya semua itu ditujukan untuk meraih pahala akhirat. Tidak secuilpun dari kegiatan duniawi boleh dilepaskan dari aturan main yang diperintahkan atau dilarang Allah. Ibnul Qayyim mengibaratkan hati sebagai suatu wadah bagi tujuan hidup manusia (akhirat dan duniawi) dengan kapasitas (daya tampung) tertentu. Ketika tujuan duniawi tumbuh maka ia akan mengurangi porsi tujuan akhirat. Ketika porsi tujuan akhirat bertambah maka porsi tujuan duniawi berkurang. Dalam situasi dimana tujuan dunia menguasai hati kita maka hanya tersisa sedikit porsi akhirat di hati kita, dan inilah awal dari menurunnya keimanan kita.



3. Pergaulan yang buruk
Rasulullah bersabda : “Seseorang itu terletak pada agama teman dekatnya, sehingga masing-masing kamu sebaiknya melihat kepada siapa dia mengambil teman dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim, al-Baghawi).
Seorang teman yang sholeh selalu memperhatikan perintah dan larangan Allah, karenanya ia selalu mengajak siapa saja orang disekitarnya untuk menuju kepada kebaikan dan mengingatkan mereka bila mendekati kemungkaran. Teman dan sahabat yang sholeh sangat penting kita miliki di zaman kini dimana pergaulan manusia sudah sangat bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam. Berada diantara teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak merasa asing bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria bisa merasa bersalah bila ia membicarakan aurat wanita diantara orang-orang sholeh. Sebaliknya berada diantara orang-orang yang tidak sholeh atau berperilaku buruk menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak melakukan sholat.
Menaikkan kadar iman bukanlah suatu pekerjaan mudah, karena begitu banyak usaha (menuntut ilmu, amalan-amalan) yang harus kita lakukan disamping godaan (syaitan, duniawi) yang akan kita hadapi. Paling tidak kita termasuk orang-orang yang lebih beruntung dibanding orang lain yang belum sempat mengetahui “sebab-sebab naik-turunnya iman” dalam tulisan ini. Mari kita ingatkan teman-teman kita dengan menyebarkan tulisan ini.











BAB IV
PENAFSIRAN
$yJ¯RÎ) šcqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sŒÎ) tÏ.èŒ ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sŒÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍköŽn=tã ¼çmçG»tƒ#uä öNåkøEyŠ#y $YZ»yJƒÎ) 4n?tãur óOÎgÎn/u tbqè=©.uqtGtƒ ÇËÈ
 2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.[1]
1. MA’ANIL MUFRAD

$yJ¯RÎ)                              : Sesungguhnya                        
cqãZÏB÷sßJø9$#                  : orang-orang yang beriman
ûïÏ%©!$#                             : mereka                                              
!$#Ï.茠  #sŒÎ)                    : yang bila disebut nama Allah
Nåkæ5qè=è%Mn=Å_ur                  : gemetarlah hati mereka           
¼çmçG»tƒ#uäNÍköŽn=tãMuÎ=è?#sŒÎ)ur      : dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
$YZ»yJƒÎ)NåkøEyŠ#y                  : bertambahlah iman mereka
OÎgÎn/un?tãur                      : dan Hanya kepada Tuhanlah
tbqè=©.uqtGtƒ                         : mereka bertawakkal
2. TAFSIR PARA ULAMA
šcqãZÏB÷sßJø9$#$yJ¯RÎ)            : Orang-Orang yang sempurna keimanannya
 Nåkæ5qè=è%Mn=Å_ur                 :Gemetar karna zikir / ingat Allah dan mengagungkan kepadanya dan takut akan siksanya
$YZ»yJƒÎ)NåkøEyŠ#y                   :Bertambah taat dan berkurang maksiatnya,memasrahkan segala urusannya kepada Allah
4 ó tbqè=©.uqtGtƒOÎgÎn/un?tãur        : Dan tidak takut dan tidak mengharapkan sesuatu kecuali hanya kepadanya

šúïÏ%©!$# šcqßJÉ)ムno4qn=¢Á9$# $£JÏBur öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZムÇÌÈ y7Í´¯»s9'ré& ãNèd tbqãZÏB÷sßJø9$# $y)ym  ÇÍÈ
3.  (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.
4.  Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.

Maksudnya: Dikarnakan orang-orang beriman itu menetapkan keimanan mereka dengan mulia nya hati dari rasa takut akan siksa Allah dan ikhlas (mengharap ridla Allah) serta menyerahkan segala sesuatunya pada Allah( Tawakkal) dan membagusi (meningkatkan ibadah) seperti shalat dan shadaqah.


ﻮﺤﻗﺎ ﺼﻔﺔ ﻣﺼﺪﺮ ﻣﺨﺫﻮﻒ ﺍﻱ ﺍﻴﻣﺎﻧﺎ ﺤﻗﺎ ﺍﻮﻣﺼﺪﺮﻣﺆﻛﺪ  

Kata Haqqan: kata sifat masdar yang di simpan
Kata Ayy Imanan Haqqan: atau masdar mu’akad.[2]






















BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan

Setelah kita membaca makalah diatas dapat disimpulkan bahwa buah Imankepada Allah adalah

1.   Merealisasikan pengesaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala sehingga tidak menggantungkan harapan kepada selain Allah, tidak takut kepada yanglain, dan tidak menyembah kepada selain-Nya
2.   Menyempurnakan kecintaan terhadap Allah, serta mengagungkan-Nya sesuai dengan nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang MahaTinggi
3. Merealisasikan ibadah kepada Allah dengan mengerjakan apa yangdiperintah serta menjauhi apa yang dilarang-Nya
.2. Saran
Dengan kita mempelajari Iman Kepada Allah maka hendaknya kitameningkatkan keimanan dan taqwa kita pada Allah SWT sebagai bentuk  pertanggung jawaban kita sebagai hambaNya.

Kritik Kirim Ke Email : mujiono.albasri@yahoo.com


[1] .Alqur’an dan terjmah darussalam jakarta, Dr.H.M.Quraisy Syihab, 2006 Hlm.238.
[2] .Dhurotun Nashihin,Syarikat Al-Maarif, Bandung,Usmant Bin Hasan Bin Ahmad As-Syakir, Al Khaubuwiy,Hlm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar