KUMPULAN MAKALAH

SELAMAT DATANG DI DUNIA ILMU
SEMOGA BERMANFAAT BAGI ANDA

Jumat, 16 Maret 2012

makalah ulumul hadist


MAKALAH

ULUMUL HADIST

STUDI HISTORIS HADIST NABI ERA PROKODIFIKASI HADIST

DOSEN
KHAERULLAH. Sag. Mag


DISUSUN OLEH

   1.MUHAMMAD NASIR   1041020037
   2.ERTESI NOVA               1041020014
                                        






IAIN RADEN INTAN BANDAR LAMPUNG
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BANDAR LAMPUNG
2011




KATA PENGANTAR



            Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT atas limpahan nikmat dan hidayah nya yang senantiasa menyertai kami dimanapun kami berada, berkat taufik dan hidayahnya lah kami dapat menyusun makalah ulumul hadist ini. Makalah ini di beri judul “ studi histories hadist nabi era prokodifikasi hadist ”dengan maksud agar pendidikan ulumul hadist di fakultas dakwah ini sesuai dengan nafas dan jiwa mahasiswa yang ingin memadukan wawasan keislaman.

            Makalah ini disusun  sebagai bahan atau materi dalam mata kuliah pendidikan ulumul hadist.dan mudah-mudahan dapat memberikan manfa’at, baik bagi kami sendiri maupun bagi rekan-rekan, tentunya makalah ini banyak sekai kekurangannya, oleh karma itu saran dan kritik kami harapkan dari rekan-rekan.


            Demikian lah isi makalah ini , kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfa’at bagi kita semua. Amin .

















ii
DAFTAR ISI




HALAMAN JUDUL  ……………………………………………………………..           i

KATA PENGANTAR  ……………………………………………………….......          ii

DAFTAR ISI   ……………………………………………………………………          iii

BAB 1 PENDAHULUAN  ……………………………………………………….           1
           
1.1  latar belakang  ……………………………………………………….           1


BAB II PEMBAHASAN   ………………………………………………………..          2

2.1    perkembangan hadist pada masa Rasulullah  ………………….....          2
2.2    perkembangan hadist pada masa sahabat  ………………………...         3
2.3    perkembangan hadist pada masa tabi’in   ………………………...          4

BAB III KESIMPULAN  ………………………………………………………..           6

DAFTAR PUSTAKA




















iii
BAB 1
PENDAHULUAN



1.1  latar belakang


Sejarah perkembangan hadist merupakan masa / priode yang telah di lalui hadist dari masa lahirnya, tumbuhnya dalam pengenalan, penghayatan, dan pengalaman umat dari generasi ke generasi. Dengan memperhatikan masa yang telah dilalui hadist sejak masa lahirnya di jaman Nabi SAW, para ulama muhadditsin membagi sejarah hadist dalam beberapa priode,  adapun para ulama hadist banyak yang berbeda-beda dalam membagi priode sejarah hadist, ada yang membagi tiga, lima, dan tujuh priode.

  • Prode pertama : Perkembangan hadist pada Rasulullah, priode ini di sebut “ Ash Al-Wahyi Wa at-Taqin “ yaitu masa turunnya wahyu dan pembentukan umat islam.
  • Priode kedua : Perkembangan hadist pada sahabat, (Khulafa Ar-rasidin) priode ini disebut Ash At-Tatsabbut Wa Al-Iqlal Min Al-Riwayah, yaitu masa membatasi dan menyedikit riwayat.
  • Priode ketiga : Perkembangan hadist pada masa Tabi’in, priode ini disebut Ash Intisyar Al-Riwayah Ila Al-Amshar, yaitu masa berkembangnya dan meluasnya periwayatan hadist.


Dari permasalahan diatas bahwa sejarah perkembangan hadist dari berbagai priode berbeda-beda, menurut M. Hasbi As-Siddiqi membagi perkembangan hadist menjadi tujuh priode[1].




BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Perkembangan hadist pada masa Rasulullah SAW.

            Periode ini disebut “ Ashr Al-Wahyi Wa Al-taqwin ”  yaitu masa turunnya wahyu  dan perkembangan masyarakat islam.[2]. pada periode inilah hadist lahir berupa sabda (Aqwal) , Af’al, dan Taqrir  Nabi yang berfungsi menerangkan Al-qur’an  untuk menegakkan syari’at islam dan membentuk masyarakat islam.

            Para sahabat menerima hadist dengan secara langsung dan tidak langsung, contoh saat Nabi SAW, memberi ceramah, pengajian, khotbah, atau penjelasan terhadap pertanyaan sahabat. Adapun penerimaan secara tidak langsung adalah seperti, mendengar dari sahabat yang lain atau dari utusan-utusan, baik dari utusan yang dikirim oleh Nabi ke daerah-daerah, atau utusan daerah yang dating pada Nabi.

            Pada masa Nabi SAW, kepandaian baca tulis dikalangan para sahabat sudah bermunculan, hanya saja terbatas sekali. Dikarnakan kecakapan baca tulis dikalangan sahabat masih kurang, bahkan nabi menekankan untuk menghapal, memahami, memelihara, mematerikan, dan mementapkan hadist dalam amalan sehari-hari, serta mentabliqkannya kepada orang lain.

            Dalam sejarah penulisan hadist terdapat nama-nama sahabat yang menulis hadist, diantaranya:
  1. Abdullah ibn Amr ibn Ash,  Shahifahnya disebut Ash-Sadiqoh
  2. Ali ibn Abi Thalib, penulis hadist tenetang hokum diyat,hokum keluarga dan lain-lain
  3. Anas ibn Malik.[3]


2.2 Perkembangan hadist pada masa Khulafa’ Ar-Rasyidin

            Periode ini disebut Ash At-Tatsabbut Wa Al-Iqlal Min Al-Riwayah, yaitu masa membatasi dan menyedikitkan riwayat. Nabi SAW, wafat pada tahun 11H, kepada umatnya, beliau meninggalkan dua pegangan sebagai dasar bagi pedoman hidup, yakni : Al-qur’an dan Hadist ( As-Sunah ) yang harus di pegangi dalam seluruh aspek kehidupan umat.[4]

            Pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar, periwayatan hadist tersebar secara terbatas, penulisan hadist pun masih terbatas dan belum dilakukan secara resmi. Bahkan pada masa itu, umar melarang para sahabat untuk memperbanyak periwayatan hadist, dan sebaliknya, Umar menekankan agar para sahabat mengerahkan perhatiannya untuk menyebarluaskan Al-Qur’an.[5]

            Dalam praktiknya, ada dua sahabat yang meriwayatkan hadist yakni:
  1. Dengan lapazh asli, yakni menurut lapazh yang mereka terima dari Nabi SAW, yang mereka hapal benar lapazh dari Nabi.
  2. Dengan maknanya saja, yakni mereka meriwayatkan maknanya karna tidak hapal lapzh asli dari Nabi SAW.

Pada masa itu, Khalifah Umar mempunyai gagasan untuk membukukan hadist, namun maksud tersebut diurungkannya.[6]






                                    Perkembangan hadist pada masa Tabi’in

            Periode ini disebut  Ash Intisyar Al-Riwayah ila Al-Amshar yaitu masa berkembangnya dan meluasnya periwayatan hadist.[7] Pada masa ini daerah islam sudah meluas, yakni ke negri syam, irak, mesir, samarkand, bahkan meluas sampai ke sepanyol. Hal ini bersamaan dengan dengan berangkatnya para sahabatke daerah-daerah tersebut.

            Para Tabi’in yang ingin mengetahui hadist Nabi SAW, di haruskan berangkat keseluruh peloksok wilayah daulah islamiyah untuk menanyakan hadist kepada sahabat-sahabat besar yang sudah tersebar di wilayah tersebut.

            Karna meningkatnya periwayatan hadist, muncullah bendaharawan dan lembaga-lembaga hadist diberbagai daerah diseluruh negeri. Diantara bendaharawan hadist yang banyak menerima, menghapal, dan mengembangkan atau meriwayatkan hadist adalah:

1.      Abu Hurairah, menurut Ibn Al-Jauzi, beliau meriwayatkan 5.374 hadist, sedangkan menurut Al-Kirmany, beliau meriwayatkan 5.364 hadist
2.      Abdullah Ibn Umar meriwayatkan 2.630 hadist
3.      Aisyah, Istri Rasulullah SAW, meriwayatkan 2.276 hadist
4.      Abdullah Ibn Abbas meriwayatkan 1.660 hadist
5.      Jabir Ibn Abdullah meriwayatkan 1.540 hadist
6.      Abu Sa’id Al-khudri meriwayatkan 1.170 hadist.[8]

Adapun lembaga-lembaga hadist yang menjadi pusat bagi usaha penggalian, pendidikan, dan pengembangan hadist terdapat di  Madinah, Mekah, Bashrah, syam, Mesir dengan masing-masing tokohnya.



            Pada priode inilah mulai muncul usaha pemalsuan hadist oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, hal ini terjadi setelah wafatnya Ali ibn Abi Thalib. Pada masa ini umat islam mulai terpecah-pecah menjadi beberapa golongan:  pertama golongan Ali yang kemudian dinamakan golongan syi’ah, kedua golongan khawarij, yaitu golongan yang menentang Ali , dan golongan muawiyah, dan yang ketiga golongan jumhur yaitu golongan pemerintah pada masa itu.

            Terpecahnya umat islam tersebut memacu orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk mendatangkan keterangan keterangan yang berasal dari Rasulullah SAW, untuk mendukung golongan mereka. Oleh sebab itu lah, mereka membuat hadist palsu dan menyebarkannya kepada masyarakat.




















5
BAB III
KESIMPULAN


            Dari berbagai sejarah perkembangan hadist pada masa Rasulullah, Sahabat, Tabi’in, ternyata perkembangan hadist berkembang dengan berbagai priode.

            Setiap priode berbeda-beda, sehingga para ulama penulis sejarah membagi hadis menjadi tiga priode, dan ada juga yang menjadi tujuh priode, namun tetap semua priode tersebut berpegang pada dua pedoman yakni: Al-qur’an dan Hadist (As-sunah).

            Oleh karna itu, marilah kita sebagai generasi penerus lebih mempelajari dari berbagai priode turunnya hadist yang berpedoman pada Al-qur’an Dan As-sunah. Sehingga kita dapat menghapal, memahami, memelihara serta mematerikan atau mentabligkan kepada umat islam.
















6
DAFTAR PUSTAKA



M. Hasbi As-Siddiqi. Sejarah dan pengantar ilmu hadist.jakarta. bulan bintang. 1987

Ending Soetari. Ilmu hadist. Kajian Riwayat dan Dirayah. Bandung ; Mimbar pustaka.

Barmawie Umarie. Status hadist sebagai dasar tasjri. Solo. AB.siti syamsijah. 1965


[1] M. hasbi ash-siddiqi. Sejarah dan pengantar ilmu hadist. Jakarta Bulan Bintang 1987.hlm 46

1
[2] Barmawi umarie. Status hadist sebagai dasar tasjri. Solo AB. Siti sjamsijah.1965.hlm 13
[3] Soetari. Op.cit.hlm 37

2
[4] Ibit hlm 41-46. As-Sidiqyop.cit. 59-69, barmawi umarie.op.cit. hlm 17-18
[5] Ash-Siddiqi.op.cit. hlm.62
[6] Ibit hlm.46.

3
[7] Ibit.hlm.47-54, As-Siddiqi op.cit.hlm 69-78
[8] Ending soetari.op.cit. hlm 48

4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar