MAKALAH
ULUMUL HADIST
STUDI HISTORIS HADIST NABI ERA
PROKODIFIKASI HADIST
DOSEN
KHAERULLAH. Sag. Mag
DISUSUN OLEH
1.MUHAMMAD NASIR 1041020037
2.ERTESI NOVA 1041020014
IAIN RADEN INTAN BANDAR LAMPUNG
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BANDAR LAMPUNG
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat allah SWT atas limpahan nikmat dan hidayah nya yang senantiasa
menyertai kami dimanapun kami berada, berkat taufik dan hidayahnya lah kami
dapat menyusun makalah ulumul hadist ini. Makalah ini di beri judul “ studi
histories hadist nabi era prokodifikasi hadist ”dengan maksud agar pendidikan
ulumul hadist di fakultas dakwah ini sesuai dengan nafas dan jiwa mahasiswa
yang ingin memadukan wawasan keislaman.
Makalah ini disusun sebagai bahan atau materi dalam mata kuliah
pendidikan ulumul hadist.dan mudah-mudahan dapat memberikan manfa’at, baik bagi
kami sendiri maupun bagi rekan-rekan, tentunya makalah ini banyak sekai
kekurangannya, oleh karma itu saran dan kritik kami harapkan dari rekan-rekan.
Demikian lah isi makalah ini , kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfa’at bagi kita semua. Amin .
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
……………………………………………………………..
i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………....... ii
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
………………………………………………………. 1
1.1 latar belakang ………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN
……………………………………………………….. 2
2.1 perkembangan hadist pada masa Rasulullah ………………….....
2
2.2 perkembangan hadist pada masa sahabat ………………………...
3
2.3 perkembangan hadist pada masa tabi’in ………………………...
4
BAB III KESIMPULAN
……………………………………………………….. 6
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Sejarah perkembangan hadist merupakan masa / priode yang telah di lalui
hadist dari masa lahirnya, tumbuhnya dalam pengenalan, penghayatan, dan
pengalaman umat dari generasi ke generasi. Dengan memperhatikan masa yang telah
dilalui hadist sejak masa lahirnya di jaman Nabi SAW, para ulama muhadditsin
membagi sejarah hadist dalam beberapa priode,
adapun para ulama hadist banyak yang berbeda-beda dalam membagi priode
sejarah hadist, ada yang membagi tiga, lima, dan tujuh priode.
- Prode pertama : Perkembangan hadist pada Rasulullah, priode ini di sebut “ Ash Al-Wahyi Wa at-Taqin “ yaitu masa turunnya wahyu dan pembentukan umat islam.
- Priode kedua : Perkembangan hadist pada sahabat, (Khulafa Ar-rasidin) priode ini disebut Ash At-Tatsabbut Wa Al-Iqlal Min Al-Riwayah, yaitu masa membatasi dan menyedikit riwayat.
- Priode ketiga : Perkembangan hadist pada masa Tabi’in, priode ini disebut Ash Intisyar Al-Riwayah Ila Al-Amshar, yaitu masa berkembangnya dan meluasnya periwayatan hadist.
Dari permasalahan diatas bahwa sejarah perkembangan hadist dari berbagai
priode berbeda-beda, menurut M. Hasbi As-Siddiqi membagi perkembangan hadist
menjadi tujuh priode[1].
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan hadist pada masa Rasulullah
SAW.
Periode ini disebut “ Ashr Al-Wahyi Wa
Al-taqwin ” yaitu masa turunnya
wahyu dan perkembangan masyarakat islam.[2].
pada periode inilah hadist lahir berupa sabda (Aqwal) , Af’al, dan Taqrir Nabi yang berfungsi menerangkan Al-qur’an untuk menegakkan syari’at islam dan membentuk
masyarakat islam.
Para
sahabat menerima hadist dengan secara langsung dan tidak langsung, contoh saat
Nabi SAW, memberi ceramah, pengajian, khotbah, atau penjelasan terhadap
pertanyaan sahabat. Adapun penerimaan secara tidak langsung adalah seperti,
mendengar dari sahabat yang lain atau dari utusan-utusan, baik dari utusan yang
dikirim oleh Nabi ke daerah-daerah, atau utusan daerah yang dating pada Nabi.
Pada masa Nabi SAW, kepandaian baca
tulis dikalangan para sahabat sudah bermunculan, hanya saja terbatas sekali. Dikarnakan
kecakapan baca tulis dikalangan sahabat masih kurang, bahkan nabi menekankan
untuk menghapal, memahami, memelihara, mematerikan, dan mementapkan hadist
dalam amalan sehari-hari, serta mentabliqkannya kepada orang lain.
Dalam sejarah penulisan hadist
terdapat nama-nama sahabat yang menulis hadist, diantaranya:
- Abdullah ibn Amr ibn Ash, Shahifahnya disebut Ash-Sadiqoh
- Ali ibn Abi Thalib, penulis hadist tenetang hokum diyat,hokum keluarga dan lain-lain
- Anas ibn Malik.[3]
2.2 Perkembangan hadist pada masa Khulafa’
Ar-Rasyidin
Periode ini disebut Ash At-Tatsabbut
Wa Al-Iqlal Min Al-Riwayah, yaitu masa membatasi dan menyedikitkan riwayat.
Nabi SAW, wafat pada tahun 11H, kepada umatnya, beliau meninggalkan dua
pegangan sebagai dasar bagi pedoman hidup, yakni : Al-qur’an dan Hadist (
As-Sunah ) yang harus di pegangi dalam seluruh aspek kehidupan umat.[4]
Pada masa khalifah Abu Bakar dan
Umar, periwayatan hadist tersebar secara terbatas, penulisan hadist pun masih
terbatas dan belum dilakukan secara resmi. Bahkan pada masa itu, umar melarang
para sahabat untuk memperbanyak periwayatan hadist, dan sebaliknya, Umar
menekankan agar para sahabat mengerahkan perhatiannya untuk menyebarluaskan Al-Qur’an.[5]
Dalam praktiknya, ada dua sahabat
yang meriwayatkan hadist yakni:
- Dengan lapazh asli, yakni menurut lapazh yang mereka terima dari Nabi SAW, yang mereka hapal benar lapazh dari Nabi.
- Dengan maknanya saja, yakni mereka meriwayatkan maknanya karna tidak hapal lapzh asli dari Nabi SAW.
Pada masa itu, Khalifah Umar mempunyai gagasan untuk membukukan hadist,
namun maksud tersebut diurungkannya.[6]
Perkembangan
hadist pada masa Tabi’in
Periode ini disebut Ash Intisyar Al-Riwayah ila Al-Amshar yaitu
masa berkembangnya dan meluasnya periwayatan hadist.[7]
Pada masa ini daerah islam sudah meluas, yakni ke negri syam, irak, mesir, samarkand, bahkan meluas
sampai ke sepanyol. Hal ini bersamaan dengan dengan berangkatnya para sahabatke
daerah-daerah tersebut.
Para Tabi’in yang ingin mengetahui
hadist Nabi SAW, di haruskan berangkat keseluruh peloksok wilayah daulah
islamiyah untuk menanyakan hadist kepada sahabat-sahabat besar yang sudah
tersebar di wilayah tersebut.
Karna meningkatnya periwayatan hadist,
muncullah bendaharawan dan lembaga-lembaga hadist diberbagai daerah diseluruh
negeri. Diantara bendaharawan hadist yang banyak menerima, menghapal, dan
mengembangkan atau meriwayatkan hadist adalah:
1.
Abu Hurairah, menurut Ibn Al-Jauzi, beliau meriwayatkan
5.374 hadist, sedangkan menurut Al-Kirmany, beliau meriwayatkan 5.364 hadist
2.
Abdullah Ibn Umar meriwayatkan 2.630 hadist
3.
Aisyah, Istri Rasulullah SAW, meriwayatkan 2.276 hadist
4.
Abdullah Ibn Abbas meriwayatkan 1.660 hadist
5.
Jabir Ibn Abdullah meriwayatkan 1.540 hadist
6.
Abu Sa’id Al-khudri meriwayatkan 1.170 hadist.[8]
Adapun lembaga-lembaga hadist yang menjadi pusat bagi usaha penggalian,
pendidikan, dan pengembangan hadist terdapat di
Madinah, Mekah, Bashrah, syam, Mesir dengan masing-masing tokohnya.
Pada priode inilah mulai muncul
usaha pemalsuan hadist oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, hal ini
terjadi setelah wafatnya Ali ibn Abi Thalib. Pada masa ini umat islam mulai
terpecah-pecah menjadi beberapa golongan:
pertama golongan Ali yang kemudian dinamakan golongan syi’ah, kedua
golongan khawarij, yaitu golongan yang menentang Ali , dan golongan muawiyah,
dan yang ketiga golongan jumhur yaitu golongan pemerintah pada masa itu.
Terpecahnya umat islam tersebut
memacu orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk mendatangkan keterangan
keterangan yang berasal dari Rasulullah SAW, untuk mendukung golongan mereka.
Oleh sebab itu lah, mereka membuat hadist palsu dan menyebarkannya kepada
masyarakat.
5
BAB III
KESIMPULAN
Dari berbagai sejarah perkembangan
hadist pada masa Rasulullah, Sahabat, Tabi’in, ternyata perkembangan hadist
berkembang dengan berbagai priode.
Setiap priode berbeda-beda, sehingga
para ulama penulis sejarah membagi hadis menjadi tiga priode, dan ada juga yang
menjadi tujuh priode, namun tetap semua priode tersebut berpegang pada dua
pedoman yakni: Al-qur’an dan Hadist (As-sunah).
Oleh karna itu, marilah kita sebagai
generasi penerus lebih mempelajari dari berbagai priode turunnya hadist yang
berpedoman pada Al-qur’an Dan As-sunah. Sehingga kita dapat menghapal,
memahami, memelihara serta mematerikan atau mentabligkan kepada umat islam.
6
DAFTAR PUSTAKA
M. Hasbi
As-Siddiqi. Sejarah dan pengantar ilmu
hadist.jakarta. bulan bintang. 1987
Ending Soetari. Ilmu hadist. Kajian Riwayat dan Dirayah.
Bandung ;
Mimbar pustaka.
Barmawie Umarie.
Status hadist sebagai dasar tasjri. Solo.
AB.siti syamsijah. 1965
Tidak ada komentar:
Posting Komentar