KUMPULAN MAKALAH

SELAMAT DATANG DI DUNIA ILMU
SEMOGA BERMANFAAT BAGI ANDA

Jumat, 16 Maret 2012

makalah tafsir ayat dakwah III


MAKALAH
TAFSIR AYAT DAKWAH
(ISLAM)
DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS
TAFSIR AYAT DAKWAH



 







DI SUSUN OLEH:

JOKO SUPRIYATNO: 1041020048

DOSEN PEMBIMBING:
Drs. KHAIRON HAS, M.Hi


PROGRAM STUDI TAFSIR AYAT DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH
IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
2011/2012
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat teriring salam semoga selalu senantiasa Allah curahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya.
makalah dengan judul ISLAM” adalah salah satu syarat dari proses pembelajaran mata kuliah TAFSIR AYAT DAKWAH di Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mungucapkan terimakasih kepada :
1.    Bapak. Drs,Khairon Has M.Hi selaku dosen mata kuliah Tafsir Ayat Dakwah Di Fakultas Dakwah IAIN Raden Intan Lampung.
2.    Sahabat-sahabat terbaik dan seperjuangan Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Angkatan 2010/2011 yang telah memberikan motivasi dalam menempuh kegiatan belajar sehingga bisa terselesaikannya  Tugas  ini.
Wassalamu’alaikum wr. Wb

Bandar Lampung, 12 Desember 2011
Penulis

JOKO SUPRIYATNO
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang...................................................................................... 1
BAB II PENAFSIARAN SURAT ALI-IMRON 19
  1. Ma’anil Mufrodat.................................................................................. 2
  2. Tafsir Dan Asbabun Nuzul Surat Ali-Imron............................................ 3
BAB III PEMBAHASAN
  1. Pengertian Islam.................................................................................... 5
  2. Tujuan Islam.......................................................................................... 8
  3. Analisa Penulis..................................................................................... 10
BAB IV PENUTUP
A.. Kesimpulan.......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Orang sering salah paham terhadap Islam. Kadangkala suatu keyakinan dan perbuatan dianggap sebagai Islam ternyata bukan Islam dan kadangkala suatu keyakinan dan perbuatan dianggap bukan Islam ternyata itu adalah Islam. Kenapa ini bisa terjadi? Itu karena banyak orang tidak paham tentang Islam. Ini tidak hanya menimpa orang awam saja tetapi juga para intelektualnya.
Maka dirasa sangat perlu untuk dimengerti oleh setiap orang akan pengertian Islam agar orang tidak salah paham dan itu mesti diambil dari sumber aslinya yakni Al-Qur’an, bukan dari pendapat-pendapat orang atau yg lainnya. Dan tidak mungkin Alloh tidak menjelaskan secara tersurat maupun tersirat di dalam Al-Qur’an dalam perkara ini.
Dan saya disini mencoba memberikan penjelasannya tentang islam baik dari pengertiannya, tujuan nya, dan semoga maklah ini bisa membantu teman-teman dalam memahami tentang islam.

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PENAFSIRAN SURAT ALI-IMRON AYAT 19

¨bÎ) šúïÏe$!$# yYÏã «!$# ÞO»n=óM}$# 3 $tBur y#n=tF÷z$# šúïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# žwÎ) .`ÏB Ï÷èt/ $tB ãNèduä!%y` ÞOù=Ïèø9$# $Jøót/ óOßgoY÷t/ 3 `tBur öàÿõ3tƒ ÏM»tƒ$t«Î/ «!$#  cÎ*sù ©!$# ßìƒÎŽ|  É>$|¡Ïtø:$# ÇÊÒÈ

19.  Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

A. Ma’anil Mufrodat

úïÏe$!$bÎ)                      : Sesungguhnya agama

!$#YÏã                          : (yang diridhai) disisi Allah

O»n=óM}$                          : hanyalah Islam

úïÏ%©!$#n=tF÷z$#$tBur                           : tiada berselisih orang-orang

=»tGÅ3ø9$#qè?ré&                    : yang Telah diberi Al Kitab

wÎ)                                : kecuali

Où=Ïèø9$Nèduä!%y`$tB÷èt/`ÏB        : sesudah datang pengetahuan kepada mereka

OßgoY÷t/$Jøót/                      : Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka

!$M»tƒ$t«Î/àÿõ3tƒ`tBur                            : barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah

>$|¡Ïtø:$# ìƒÎŽ|  !$cÎ*sù    : Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

 

 

B. Tafsir Dan Asbabun Nuzul Surat Ali-Imron Ayat 19

Pada ayat ini Allah menerangkan agama yang diakui Nya hanyalah agama Islam yaitu agama tauhid, agama yang mengesakan Allah SWT. Allah menerangkan bahwasanya agama yang sah di sisi Allah hanyalah Islam . Semua agama dan syariat yang dibawa nabi-nabi terdahulu intinya satu, ialah "Islam" yaitu berserah diri kepada Allah Yang Maha Esa, menjunjung tinggi perintah-perintah Nya dan berendah diri kepada Nya walaupun syariat-syariat itu berbeda di dalam beberapa kewajiban ibadah dan lain-lain. 
Maka yang dinamakan orang Islam yang benar ialah orang yang ikhlas di dalam melaksanakan segala amalnya, serta kuat imannya lagi bersih dari syirik. 
Allah mensyariatkan agama untuk dua macam tujuan: 
  1. Membersihkan jiwa manusia dan akalnya daripada kepercayaan yang tidak benar seperti mengakui adanya kekuasaan gaib pada makhluk Allah. 
  2. Memperbaiki jiwa manusia dengan amal perbuatan yang baik dan memurnikan keikhlasan kepada Allah. 
Kemudian Allah menggambarkan perselisihan para ahli kitab tentang agama yang sebenarnya. 
Sebenarnya mereka tidaklah keluar dari agama Islam, agama tauhid yang dibawa oleh para nabi-nabi, seandainya pemimpin-pemimpin mereka tidak berbuat aniaya dan melampaui batas sehingga mereka berpecah belah menjadi bermazhab-mazhab serta membunuh nabi-nabi. Perpecahan dan peperangan di antara mereka tidak patut terjadi karena mereka adalah satu agama Tetapi karena kedengkian di antara pemimpin-pemimpin mereka, dan dukungan mereka terhadap satu mazhab untuk mengadakan mazhab yang lain, timbullah perpecahan itu. Perpecahan itu bertambah sengit setelah pemimpin-pemimpin itu menyesatkan lawannya dengan jalan menafsirkan nash-nash agama menurut hawa nafsu mereka. 
Sejarah telah membuktikan, bahwa raja-raja dan pendeta-pendetalah yang telah memecah belah agama masehi, sehingga menjadi beberapa mazhab yang saling bertentangan. 
Arius, seorang pemimpin kaum Nasrani, dan pengikut-pengikutnya yang mengajak umat Masehi kembali kepada tauhid telah dijatuhi hukuman sebagai orang mulhid (kafir) Dan kitab-Kitabnya dibakar dan ajaran-ajarannya dilarang berdasarkan persidangan yang dibentuk oleh Konstantien pada tahun 325 M. 
Ketika ajaran Arius berkembang dalam masyarakat, pengikut-pengikut Arius dimusnahkan oleh Theodosius II, berdasarkan undang-undang yang dikeluarkan pada tahun 628 M. Maka dengan demikian mazhab-mazhab Trinitas tetap berkembang, dan tetap saling bertentangan. 
Di akhir ayat ini Allah mengancam orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Nya dengan menandaskan hukuman yang akan ditimpakan kepada mereka.




















BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam

Orang sering salah paham terhadap Islam. Kadangkala suatu keyakinan dan perbuatan dianggap sebagai Islam ternyata bukan Islam dan kadangkala suatu keyakinan dan perbuatan dianggap bukan Islam ternyata itu adalah Islam. Kenapa ini bisa terjadi? Itu karena banyak orang tidak paham tentang Islam. Ini tidak hanya menimpa orang awam saja tetapi juga para intelektualnya. Maka dirasa sangat perlu untuk dimengerti oleh setiap orang akan pengertian Islam agar orang tidak salah paham dan itu mesti diambil dari sumber aslinya yakni Al-Qur’an, bukan dari pendapat-pendapat orang atau yg lainnya. Dan tidak mungkin Alloh tidak menjelaskan secara tersurat maupun tersirat di dalam Al-Qur’an dalam perkara ini. Dan saya telah menemukan penjelasannya.
Kata Islam itu berasal dari bahasa Arab al-islam. Kata al-islam ada di dalam Al-Qur’an dan di dalamnya terkandung pula pengertiannya, diantaranya dalam surat Ali Imron (3) ayat 19 dan surat Al-Maidah (5) ayat 3. Apa yang dapat kita pahami dari kedua ayat itu?.
Al-Qur’an surat Ali Imron (3) ayat 19, lafalnya, “ innad-dina ‘indallohil-islam…”, artinya, ” sesungguhnya ad-din (jalan hidup) di sisi Alloh (adalah) al-islam…”. Ayat ini dengan jelas sekali menyatakan bahwa al-islam adalah nama suatu ad-din (jalan hidup) yang ada di sisi Alloh (‘indalloh). Ad-din (jalan hidup) itu berupa bentuk-bentuk keyakinan (al-’aqidatu) dan perbuatan (al-’amalu) yang ada pada seseorang, maka pastilah setiap orang memiliki suatu ad-din tertentu.
Al-Islam sebagai suatu ad-din yang ada di sisi Alloh tentu berupa bentuk-bentuk keyakinan dan perbuatan yang ditetapkan Alloh dan berasal dari Alloh, bukan hasil pemikiran manusia, makanya dinamakan dinulloh (QS 110 ayat 2). Maka itu berarti al-islam merupakan suatu ad-din yang ditetapkan oleh Alloh untuk manusia, yang merupakan petunjuk dari Alloh (huda minalloh) (QS 28 ayat 50) yang diberikan kepada manusia yang dikehendaki-Nya.
Oleh karena al-islam dari Alloh dan sementara itu  dikatakan dalam surat Al-Baqoroh (2) ayat 147  bahwa al-haqqu (kebenaran) itu dari Alloh maka pasti al-islam itulah yang dimaksud dengan al-haqqu yang dari Alloh itu. Dan karena al-islam itu dari Alloh dan sementara itu di dalam Al-Qur’an surat Al-A’rof (7) ayat 16 dikatakan bahwa  ash-shirothol-mustaqim (jalan yang harus ditegakkan) itu dari Alloh, maka pastilah juga yang dimaksud dengan ash-shirothol-mustaqim yang berasal dari Alloh itu. Lalu bagaimana al-islam bisa sampai kepada manusia? Ya tentu hanya melalui wahyu beserta penjelasannya yang diberikan/diturunkan Alloh kepada para nabi dan utusan-Nya dari Adam as hingga Muhammad saw (sebagai nabi dan utusan Alloh yang terakhir).
Al-islam dalam bentuknya yang final (sempurna) tentu diberikan/diturunkan kepada nabi dan utusan Alloh yang terakhir, Muhammad saw, melalui Al-Qur’an beserta penjelasannya (QS 75 ayat 19). Oleh karena  berasal dari Alloh tentu diridhoi Alloh.
Lalu Al-Qur’an surat Al-Maidah (5) ayat 3, lafalnya,”…al-yauma akmaltu lakum dinakum wa atmamtu ‘alaikum ni’mati wa rodhitu lakumul-islama dina…”. Kata “ al-yauma ” artinya ” pada hari ini”, yakni hari turunnya ayat ini yaitu pada hari jum’at di padang Arofah setelah waktu Ashr pada waktu Muhammad saw melakukan haji wada’. Lalu kalimat ” akmaltu lakum dinakum “, artinya, ” telah Aku sempurnakan untuk kalian ad-din kalian “. Kata kalian dalam frasa ” ad-din kalian ” yang dimaksud adalah Muhammad saw dan para sahabatnya karena ayat ini turun kepada mereka dan berkaitan dengan mereka, jadi ” ad-din kalian ” maksudnya dinu Muhammadin saw dan para sahabat yang berupa bentuk-bentuk keyakinan (al-’aqidatu) dan perbuatan (al-’amalu) yang ada pada Muhammad saw (secara individu) dan para sahabat (secara komunitas) yang merupakan penerapan, tafsir, penjelasan dari pada Al-Qur’an atas petunjuk langsung dari Alloh swt yang mana dari-Nya al-islam itu berasal (QS 3 ayat 19).
Hal ini karena Muhammad saw hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadanya dari Alloh, yakni Al-Qur’an, (QS 6ayat 106, QS 10 ayat 15, QS 46 ayat 9) dan Alloh memberi petunjuk kepada Muhammad saw bagaimana mengamalkan/menerapkan, menafsirkan, menjelaskan Al-Qur’an tersebut (QS 75 ayat 19), maka terbentuklah suatu bentuk keyakinan (al-’aqidatu) dan perbuatan (al-’amalu) atau jalan hidup atau ad-din yang ada pada Muhammad saw sehingga Aisyah ra mensifati Muhammad saw dengan perkataan “kana khuluquhul-qur’an” yang artinya ” Akhlak dia (Muhammad saw) adalah Al-Qur’an”. Dan para sahabat adalah sekelompok orang yang paling baik mengikuti Muhammad saw (QS 3 ayat 31, QS 7 ayat 3 ) karena perkataan mereka “sami’na wa atho’na“, yang artinya ” Kami mendengar dan kami taat” (QS 2 ayat 185, QS 5 ayat 7, QS 24 ayat 51). Karenanya dikatakan ” telah Aku sempurnakan untuk kalian ad-din kalian “. Lalu kalimat “ wa rodhitu lakumul-islama dina “, yang artinya, ” dan Aku telah ridho al-islam sebagai ad-din bagi kalian”. Dalam kalimat ini Alloh menyebut dinu Muhammadin saw dan para sahabat (jalan hidup Muhammad saw dan para sahabat) itu dengan sebutan al-islam.
Dan oleh karena dalam ayat ini digunakan kata “ad-din“, kata dalam bentuk tunggal dan jamaknya adalah “al-adyan“, maka ini berarti dinu Muhammadin saw dan para sahabat itu satu, sama. Dan oleh karena Muhammad saw adalah pihak yang menerima wahyu ( Al-Qur’an ) beserta penjelasannya ( QS 75 ayat 16-19) dan Beliau saw mengamalkan dengan sempurna wahyu yang diterimanya (QS 33 ayat 2) dan para sahabat adalah orang yang paling bersemangat dalam mengikuti Beliau saw ( QS 3 ayat 31) dan mereka adalah rujukan utama dalam memahami al-islam bagi orang-orang yang hidup setelah mereka (QS 9 ayat 100), maka al-islam itu tiada lain pastilah dinu Muhammadin saw atau millatu Muhammad saw atau sunnatu Muhammadin saw atau jalan hidup Muhammad saw (tapi bukan Beliau saw yg membikin) atau yang sering disebut orang dengan as-sunnah.
Jadi al-islam itu adalah as-sunnah dan as-sunnah adalah al-islam. Maka suatu keyakinan dan perbuatan yang tidak ada di dalam as-sunnah tidak bisa disebut sebagai al-islam. Dan yang lebih memperjelas akan hal ini adalah sabda Muhammad saw, lafalnya, ” man ‘amila ‘amalan laisa ‘alaihi amruna fahuwa roddun “, artinya, ” Barang siapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak ada pada kami ( yakni Beliau saw dan para sahabat ) maka ( amalan itu ) tertolak ” (HR Muslim dari “Aisyah ra ). Kenapa tertolak? karena itu berarti bukan al-islam dan Alloh hanya hanya menerima al-islam (QS 3 ayat 85).
Muhammad saw dan para sahabat adalah sekelompok orang yang paling paham al-islam dan karenanya mereka dipuji oleh Alloh dengan sebutan ” khoiru ummah ” (umat yang terbaik) (QS 3 ayat 110). Sebutan itu diberikan bukan karena kemajuan teknologi atau apa, tapi lebih disebabkan oleh karena mereka meyakini dan mengamalkan al-islam dengan sebaik-baiknya.
Kita yang hidup di zaman sekarang mengetahui al-islam hanya dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang tercatat di dalam hadits-hadits yang shohih. Sehingga dengan mudah kita dapat mengetahui apakah keyakinan atau perbuatan itu termasuk al-islam atau bukan kalau kita tahu banyak tentang Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shohih. Kalau ada dasarnya di dalam Al-Qur’an dan as-sunnah yang ditunjukan dengan hadits yang shohih sudah pasti itulah al-islam. Kalau tidak ada dasarnya bagaimana bisa dinamakan al-islam?
B. Tujuan Islam
Tujuan Islam diwahyukan adalah untuk membimbing, menuntun, dan menolong manusia agar ia bisa mengetahui asal-usulnya, makna keberadaannya di tengah-tengah alam semesta, dan tujuan akhirnya yang sebenarnya.
1). Islam mengajarkan bahwa manusia barasal dari Allah, berada dalam kekuasaan Allah, dan kembali kepada Allah. Sesungguhnya kita berasal dari Allah dan kepada-Nyalah kita kembali (QS Al-Baqarah [2] : 156).Berasal dari Allah artinya kita diciptakan Allah, berada dalam kekuasaan Allah berarti kita tidak pernah terpisah dari Allah, terlepas dari Allah, dan berdiri sendiri diluar Allah.
Sedangkan kembali kepada Allah berarti kembali ke asal mula, kembali kepada Yang Mutlak, Tak Terbatas, dan Yang Esa, yaitu Allah, karena memang tiada sesuatu pun yang berada di luar Yang Mutlak.
2). Islam mengajarkan bahwa Allah itu Pencipta, Pemilik, Penguasa, Pengatur, Pemelihara, Penjaga, dan Yang Mengurus segala sesuatu yang ada di alam semesta (QS Al Faatihah [1] : 2). Oleh sebab itu, juga tiada sesuatu pun yang terlepas dari pengaturan, pemeliharaan, dan penjagaan allah.
3). Islam mengajarkan bahwa Allah itu memberi manusia petunjuk, bimbingan, tuntunan, pertolongan, dan perlindungan. Petunjuk Allah itu ada yang langsung dan tidak langsung. Petunjuk Allah yang tidak langsung itu melalui para malaikat-Nya kitab suci-Nya, para rasul, nabi, dan wali-Nya.Sedangkan bimbingan Allah secara langsung itu melalui hidayah, ilham dan wahyu khusus untuk nabi dan rasul-Nya.
4). Islam mengajarkan bahwa Allah itu menurunkan hujan, memberi manusia rezeki, menyembuhkan penyakit (yang bisa menyembuhkan bukan dokter, dokter hanya bisa memberi resep), dan menyelamatkan manusia, dan yang selain Allah itu tidak bisa mendatangkan mudarat dan manfaat tanpa seizin allah.
5). Islam mengajarkan bahwa allah itu dekat dengan manusia......... Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu tentang AKU, maka (jawablah) bahwa AKU dekat (QS Al-Baqarah [2] : 186). Allah itu selalu bersama kita dimana pun kita berada..., "Dan DIA bersama kamu dimana saja kamu berada" (QS Al Hadiid [57] : 4).
6). Islam mengajarkan bahwa Allah itu berada dimana-mana, sehingga kita bisa menyaksikan Allah dimana pun kita berada. "Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemana pun kamu menghadap disitulah wajah Allah" (QS Al Baqarah [2] : 115). Wajah Allah itu jangan dibayangkan secara fisik berupa mata, hidung, mulut, dan telinga seperti manusia, karena Allah bukanlah benda fisik seperti manusia, tetapi dipahami sebagai wujud Allah, sehingga kita bisa menemukan wujud Allah dimana pun kita berada.
7). Islam mengajarkan bahwa Allah itu berbicara (berfirman), mengajak kita berbicara, mendengarkan doa, mengabulkan doa kita dan memerintahkan kita berdoa. Dan Tuhan-mu berfirman, "Berdoalah kepada-KU, niscaya KU-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang yang menyombongkan diri dari menyembah-KU (tidak mau berdoa kepada-KU) akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina (QS Al-Mu'min/Ghaafir [40] : 60). Neraka Jahannam itu juga bisa dipahami sebagai simbol azab, siksa, dan penderiaan, sehingga orang yang tidak mau berdoa itu pasti selalu tersiksa dan menderita.
8). Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi ini milik Allah. Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang ada di bumi(QS An-Nisa' [4] : 126; QS Al Baqarah [2] : 255).
Sebagai pemilik sagala yang ada, Allah mengatur, menentukan dan menggunakansegala apa yang dimiliki-Nya sesuai dengan kehendak-Nya, sesuai dengan ilmu-Nya dan juga sesuai dengan sunatullah yang ditetapkan-Nya.
9). Islam mengajarkan bahwa segala yang ada itu wujudnya bergantung pada Allah. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.(QS Al Ikhlaash [112] : 2).Jika segala sesuatu bergantung pada Allah, maka dengan sendirinya juga tiada sesuatu pun selain Allah itu yang berdiri sendiri terpisah dan terlepas dari Allah, berada diluar Allah, dan berhadap-hadapan dengan Allah.
Kebenaran ajaran Islam yang diwahyukan itu pada gilirannya bisa mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa keberadaannya yang hanya sekejap di dunia ini mempunyai tugas, kewajiban dan tanggung jawab yang telah ditentukan dan ditetapkan oleh Allah, yaitu untuk beribadah dengan cara tunduk, menyerah, mau diperintah dan mau melaksanakan perintah-Nya (QS Adz-Dzaariyaat [51] : 56). Sedangkan tanggung jawabnya adalah sebagai khlifah, sebagai wakil Allah di muka bumi, sebagai pelaksana kehendak Allah dan juga sebagai pemimpin, baik pemimpin bagi dirinya sendiri, maupun bagi sesama makhluk lainnya (QS Al Baqarah [2] : 30).
Dengan demikian, jelaslah bahwa tujuan Islam diwahyukan adalah agar manusia bisa mengenal Allah dengan segala keagungan, kebesaran, dan kekuasaan-Nya, serta petunjuk, perintah, pertolongan dan perlindungan-Nya.Tugas, kewajiban dan tanggung jawab manusia adalah mewujudkan ajaran Islam itu dalam kehidupan nyata, sehingga Islam bisa menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta (rahmatan lil 'alamin).
Semoga Allah memberi kita kekuatan dan kesanggupan serta memudahkan kita untuk bisa melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya. Amin Ya Rabbal 'Alamin.
C. Analisa Penulis
HIDUP ini sebuah misteri dan penuh rahasia! Manusia memiliki keterbatasan dalam memahami makna hidup. Pada umumnya, manusia tidak mengetahui banyak hal tentang sesuatu, yang mereka ketahui hanyalah realitas yang nampak saja (Q.S 30: 6-7). Tidak ada seorang pun yang tahu berapa lama ia akan hidup, di mana ia akan mati, (Q.S 31: 34) dalam keadaan apa ia akan mati, dan dengan cara apa ia akan mati, sebagian manusia menyangka bahwa hidup ini hanya satu kali dan setelah itu mati ditelan bumi. Mereka meragukan dan tidak percaya bahwa mereka akan dibangkitkan kembali setelah mati (Q.S An-Naml: 67). Adapun mengenai kepercayaan adanya kehidupan setelah mati pandangannya sangat beragam tergantung pada agama dan kepercayaan yang dipeluk dan diyakini.
Islam menjelaskan makna hidup yang hakiki melalui perbandingan dua ayat yang sangat kontras, seperti dicontohkan di dalam Alquran. Seorang yang telah mati menurut mata lahir kita, bahkan telah terkubur ribuan tahun, jasadnya telah habis dimakan cacing dan belatung lalu kembali menjadi tanah, namanya sudah hampir dilupakan orang. Tetapi yang mengherankan, Allah SWT memandangnya masih hidup dan mendapat rezeki di sisi-Nya serta melarang kepada kita menyebut mati kepada orang tersebut. Hal ini dapat kita lihat dalam (Q.S 3: 169). "Janganlah kalian menyangka orang-orang yang gugur di jalan Allah itu telah mati, bahkan mereka itu hidup dan mendapat rezeki di sisi Allah." Sebaliknya ada orang yang masih hidup menurut mata lahir kita, masih segar-bugar, masih bernapas, jantungnya masih berdetak, darahnya masih mengalir, matanya masih berkedip, tetapi justru Allah menganggapnya tidak ada dan telah mati, seperti disebutkan dalam firmannya "Tidak sama orang yang hidup dengan orang yang sudah mati. Sesungguhnya Allah SWT mendengar orang yang dikehendaki-Nya, sedangkan kamu tidak bisa menjadikan orang-orang yang di dalam kubur bisa mendengar," (QS Al-Fathir 22). Maksud ayat ini menjelaskan Nabi Muhammad tidak bisa memberi petunjuk kepada orang-orang musyrikin yang telah mati hatinya.
Dua ayat ini memberikan perbandingan yang terbalik, di satu sisi orang yang telah mati dianggap masih hidup, dan di sisi lain orang yang masih hidup dianggap telah mati. Lalu apa hakikat makna hidup menurut Islam?
Seorang filusuf Yunani Descartes pernah mendefinisikan, manusia ada dan dinyatakan hidup di dunia bila ia melakukan aktivitas berpikir. Kemudian Karl Marx menyatakan, manusia ada dan dinyatakan hidup jika manusia mampu berusaha untuk mengendalikan alam dalam rangka mempertahankan hidupnya. Sedangkan Islam menjelaskan manusia ada dan dianggap hidup jika ia telah melakukan aktivitas "jihad" seperti yang telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Q.S. Ali Imron: 169 di atas. Tentu saja jihad dalam pengertian yang sangat luas. Jihad dalam pengertian bukan hanya sebatas mengangkat senjata dalam peperangan saja, tetapi jihad dalam konteks berusaha mengisi hidup dengan karya dan kerja nyata. Jihad dalam arti berusaha memaksimalkan potensi diri agar hidup ini berarti dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Misalnya, seseorang yang berusaha mencari dan menemukan energi alternatif ketika orang sedang kesulitan BBM itu juga sudah dipandang jihad karena ia telah mampu memberikan manfaat kepada orang lain. Seseorang yang keluar dari sifat malas, kemudian bekerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, itu juga termasuk jihad karena ia telah mampu mengalahkan hawa nafsunya sendiri, dan bukankah ini jihad yang paling besar karena Rasulullah sendiri menyatakan bahwa jihad yang paling akbar adalah melawan hawa nafsu sendiri.
Hidup dalam pandangan Islam adalah kebermaknaan dalam kualitas secara berkesinambungan dari kehidupan dunia sampai akhirat, hidup yang penuh arti dan manfaat bagi lingkungan. Hidup seseorang dalam Islam diukur dengan seberapa besar ia melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai manusia hidup yang telah diatur oleh Dienull Islam. Ada dan tiadanya seseorang dalam Islam ditakar dengan seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh umat dengan kehadiran dirinya. Sebab Rasul pernah bersabda "Sebaik-baiknya manusia di antara kalian adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain. (Alhadis). Oleh karena itu, tiada dipandang berarti (dipandang hidup) ketika seseorang melupakan dan meninggalkan kewajiban-kewajiban yang telah diatur Islam.
Dengan demikian, seorang muslim dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas hidup sehingga eksistensinya bermakna dan bermanfaat di hadapan Allah SWT, yang pada akhirnya mencapai derajat Al-hayat Al-thoyyibah (hidup yang diliputi kebaikan). Untuk mencapai derajat tersebut maka setiap muslim diwajibkan beribadah, bekerja, berkarya berinovasi atau dengan kata lain beramal saleh. Sebab esensi hidup itu sendiri adalah bergerak (Al-Hayat) kehendak untuk mencipta (Al-Khoolik), dorongan untuk memberi yang terbaik (Al-Wahhaab) serta semangat untuk menjawab tantangan zaman (Al-Waajid).
Makna hidup yang dijabarkan Islam jauh lebih luas dan mendalam dari pada pengertian hidup yang dibeberkan Descartes dan Marx. Makna hidup dalam Islam bukan sekadar berpikir tentang realita, bukan sekadar berjuang untuk mempertahankan hidup, tetapi lebih dari itu memberikan pencerahan dan keyakinan bahwa. Hidup ini bukan sekali, tetapi hidup yang berkelanjutan, hidup yang melampaui batas usia manusia di bumi, hidup yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan sang Kholik. Setiap orang beriman harus meyakini bahwa setelah hidup di dunia ini ada kehidupan lain yang lebih baik, abadi dan lebih indah yaitu alam akhirat (Q.S. Adl-dluha: 4).
Setiap muslim yang aktif melakukan kerja nyata (amal saleh), Allah menjanjikan kualitas hidup yang lebih baik seperti dalam firmannya "Barang siapa yang melakukan amal saleh baik laki-laki maupun wanita dalam keadaan ia beriman, maka pasti akan kami hidupkan ia dengan al-hayat al-thoyibah (hidup yang berkualitas tinggi)." (Q.S. 16: 97). Ayat tersebut dengan jelas sekali menyatakan hubungan amal saleh dengan kualitas hidup seseorang.
Salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah pengakuan dari komunitas manusia yang disebut masyarakat. Betapa menderitanya seseorang, sekalipun umpamanya ia seorang kaya raya, berkedudukan, mempunyai jabatan, namun masyarakat di sekitarnya tidak mengakui keberadaannya bahkan menganggapnya tidak ada, antara ada dan tiada dirinya tidak berpengaruh bagi masyarakat. Dan hal ini adalah sebuah fenomena yang terjadi pada masyarakat muslim. Terlebih rugi lagi jika keberadaan kita tidak diakui oleh Allah SWT, berarti alamat sebuah kemalangan yang akan menimpa. Ketika usia kita tidak menambah kebaikan terhadap amal-amal, ketika setiap amal perbuatan tidak menambah dekatnya diri dengan Sang Pencipta, berarti hidup kita sia-sia belaka. Allah menganggap kita sudah mati sekalipun kita masih hidup.
Oleh karena itu, seorang muslim "diwajibkan" untuk mengaktualisasikan dirinya dalam segenap karya nyata (amal saleh) dalam kehidupan. "Sekali berarti, kemudian mati" begitulah sebaris puisi yang diungkapkan penyair terkenal Chairil Anwar. Walaupun ia meninggal dalam keadaan masih muda dan telah lama dikubur di pemakaman Karet Jakarta, tetapi nama dan karya-karyanya masih hidup sampai sekarang. Kalau Chairil Anwar telah "berjihad" selama hidupnya di bidang sastra. Bagaimana dengan kita? Mari berjihad dengan amal saleh di bidang-bidang yang lain. Agar kita dipandang hidup oleh Allah SWT. Amin






















BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas maka Islam sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan oleh para pemeluknya melainkan kata “Islam” pada kenyataannya dicantumkan dalam Quran, yaitu:
1.   “Wa radhitu lakum al-Islama dinan” artinya “Dan Allah mengakui bagimu Islam sebagai Agama”
2.   “Inna’ ddina inda ilahi al Islam” artinya “Sesungguhnya agama disisi Allah adalah Islam”.
Dari pengertian Islam tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan adanya 3 aspek, yaitu:
1.Aspek vertikal: Aspek vertikal mengatur antara makhluk dengan kholiknya (manusia dengan Tuhannya). Dalam hal ini manusia bersikap berserah diri pada Allah.
2.Aspek horisontal: Aspek horisontak mengatur hubungan antara manusia dengan manusia. Islam menghendaki agar manusia yang satu menyelamatkan, menentramkan dan mengamankan manusia yang lain.
3.Aspek batiniah: Aspek batiniah mengatur ke dalam orang itu sendiri, yaitu supaya dapat menimbulkan kedamaian, ketenangan batin maupun kematapan rohani dan mental.






DAFTAR PUSTAKA
Imarah, Musthafa Muhammad, Terjemah Jawahirul Bukhari, Rajamurah Alqonaah, Semarang, 1979.
Baqi, Muhammad Fuad ‘Abdul, Al-lu’lu’ wal marjan, terjemahan H.Salim Bahreisy, pt.bina ilmu, Surabaya, 1996.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar