SEJARAH DAKWAH
DAKWAH PADA MASA REVORMASI
DOSEN : DR. ABDUL SYUKUR
DI SUSUN OLEH :
ALWANUDIN 1041020042 (PMI)
FAKULTAS DAKWAH (PMI)
IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis telah panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
sang Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat
aturan-Nya, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tema “DAKWAH PADA
MASA REVORMASI” yang sederhana ini dapat
terselesaikan tidak kurang daripada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi
salah satu dari sekian kewajiban mata kuliah Sejarah Dakwah serta merupakan
bentuk langsung tanggung jawab penulis pada tugas yang diberikan.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis pun sadar
bawasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah Azza Wa’jala hingga dalam
penulisan dan penyusununnya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penulis nanti dalam upaya
evaluasi diri.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan
penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat
memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca, dan bagi seluruh
mahasiswa-mahasiswi IAIN Fakultas
Dakwah. Amien ya Rabbal ‘alamin.
Wassalalam,
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ……………………………………………………………… i
KATA
PENGANTAR ……………………………………………………………. ii
DAFTAR
ISI ……………………………………………………………………… iii
BAB
I PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1
1. Latar belakang …………………………………………………………… 1
BAB
II PEMBAHASAN …………………………………………………………. 2
A. Sejarah Dakwah Pada Masa
Revormasi………………………………….. 2
BAB
III PENUTUP ……………………………………………………………….. 5
A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 5
B. Saran………………………………………………………………………. 5
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu
mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan
maju mundurnya umat islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan
dakwah yang dilakukannya. Dakwah adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang
bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain unutk mengamalkan ajaran
islam. Dakwah merupakan suatu prosespenyampaian ajaran islam yang dilakukan
secara sadar dan sengaja.
Aktifitas kegiatan dakwah dilakukan dengan berbagai cara
atau metode dan direncanakan dengan tujuan mencari kebahagian hidup dengan
dasar keridhoan Allah SWT.
Dari keterangan di atas maka Pentingnya mempelajari
sejarah dakwah ini bagi para da’I, karena sebagai suatu pedoman, pegangan
tamsil, dan tolak ukur agar para da’I bisa mencapai suatu keberhasilan dan
menyebar luaskan dan meningkatkan mutu islam itu sendiri.
Suatu pesan yang disampaikan, yang mana mendapat respon
yang baik dari para mad’u tersebut bila mana seorang da’I mengetahui, memahami
dunia dakwah tersebut baik meliputi sosiologi dakwah, psikologu dakwah dan
sejarah keda’waan.
Berbagai rintangan, hambatan dalam menyampaikan dakwah
ini tidak sedikit dari anbiya’. Merasakannya. Seperti halnya nabi Muhammad SAW,
begitu halnya masa setelah beliau yakni masa Khulafa’ur rosyidin, bani umayah,
sampai masa saat ini, mereka tetap melaksanakan dakwah tersebut (menyampaikan
Islam keseluruh dunia) dan akhirnya mereka pun berhasil dan pada pembahasan
ini, masa setelah dakwah sebelum kemerdekaan yakni pada masa penjajahan, kami
berusaha untuk mengmbil tamsil dari perjuangan mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dakwah Pada Masa Reformasi
Ketika era Reformasi melahirkan banyak partai-partai,
maka banyak juga tampil partai-partai, yang berani menyatakan prinsip berasas
Islam. Kehadiran partai-partai itu, masih tetap dilihat sebagai bahaya. Aliran
politik Islam tetap dicurigai. Ada kecemasan tersendiri. Hal ini telah terjadi,
mungkin dikarenakan politisi nasionalis yang bernafas dalam keterikatan dengan
paham liberalisme ala barat, dan berdalih demokratisasi. Banyak pula yang mulai
menghembus nafas dalam slogan Islam Yes, Partai Islam No.
Ketika pimpinan umat dalam Majlis Ulama Indonesia (MUI),
dan Dewan Da’wah, menyerukan kepada umat Islam di Indonesia, untuk tetap
memilih calon-calon legislatif yang seaqidah iman atau beragama Islam, maka
seruan itu, dinilai tidak proporsional. Seruan pemimpin umat Islam dianggap
sangat meresahkan. Bahkan, dinilai membahayakan, bagi kelangsungan kehidupan
bernasional. Sangat aneh yang terjadi, perkembangan politik umat Islam sangat
lemah, di negeri yang jumlah umat Islamnya terbilang banyak. Perjuangan untuk
memperoleh kekuasaan, adalah fenomena politik yang paling menonjol dalam
masyarakat.
Porsi kekuasaan yang diperoleh setiap kekuatan sosial
masyarakat berujung pada menerjemahkan cita‑citanya menjadi kenyataan konkrit.
Setiap kelompok sosial politik, lewat kekuasaan yang diperoleh, selalu berusaha
melakukan alokasi otoritatif nilai‑nilai yang diyakininya. Demikianlah yang
telah terjadi, sejak tahun 1960, tahun 1966, dan tahun 1998, di kala gerak
dakwah dikebiri, dengan menyuntikkan serum NASAKOM, dan ASAS TUNGGAL.
Demokratisasi yang dibungkus oleh stabilatas keamanan,
sangat sering dijadikan penekan, untuk tujuan melemahkan peranan politik umat
Islam, sejak dari masa Demokrasi Terpimpin.
Akibat langsung yang tampak dan dirasakan adalah, banyak
pemimpin umat yang menduduki pucuk pimpinan di partai Islam ditahan dan
dipenjarakan. Mohamad Natsir dan Boerhanoeddin Harahap berada dalam tahanan politik
dari tahun 1961 hingga 1967. Bapak Prawoto Mangkusasmito, Mohammad Roem,
M.Yunan Nasution, E.Z. Muttaqin dan KH Isa Anshary, ditahan pula di Madiun pada
tahun 1962. Demikian juga Ghazali Sjahlan, Jusuf Wibisono, Mr. Kasman
Singodimejo di Sukabumi. Penangkapan dan penahanan terhadap S. Soemarsono, A.
Mukti, Djanamar Adjam, KH.M. Syaaf dan lain. Kebanyakan pemimpin bekas partai
Masyumi. Pemimpin kecil di daerah-daerah juga ikut merasakan tekanan-tekanan,
setidak-tidaknya dikucilkan. Suatu dinamika perjalanan sejarah politik di
Indonesia.
Kemudian, banyak pula partai-partai yang telah
membubarkan diri, karena berseberangan dengan kebijaksanaan pemerintah Presiden
Soekarno. Namun, tetap dianggap berlawanan dengan Pemerintah Orde Baru.
Partai Islam sangat menentang komunisme, tetapi masih
tetap disebut, tidak sejalan dengan Orde Baru. Padahal, perjalanan sejarah
pemerintahan Orde Baru, dimulai dengan menghapus semua paham politik komunis di
Indonesia. Tetapi, gelar yang dicapkan dengan “kontra revolusi”, atau bekas
“partai yang dilarang”, masih terus berjalan, hingga puluhan tahun kemudian.
Walaupun zaman telah berganti, namun kekuatan umat Islam tetap didorong
kepinggiran arena percaturan politik berbangsa.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, timbul beberapa
pertanyaan, di antaranya, apakah rasa nasionalisme Natsir dan kawan-kawan, yang
pernah memimpin Partai Politik Islam Masyumi itu, masih diragukan ?.
Padahal, Mohamad Natsir menilai, nasionalisme adalah
fithrah manusia mencintai tanah air yang diyakini sebagai anugerah (rahmat)
Allah. Agama Islam mengajarkan agar umatnya menjaga tanah airnya sebagai suatu
suruhan Agama Islam. Nasionalisme menurut Natsir, harus mendapatkan nafas
keagamaan agar tidak menimbulkan perasaan ta’ashub dan chauvinisme. Karena itu,
sejak usia mudanya, Natsir selalu terlibat di dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia. Mohamad Natsir menerima pandangan dalam perjuangan, bahwa
pembentukan sebuah negara bangsa (nation-state) adalah suatu keharusan. Negara
Bangsa, adalah sebuah alat yang perlu untuk merealisasikan ajaran-ajaran Islam
kedalam situasi konkrit.Mohamad Natsir menganut keyakinan bahwa politik harus
ditundukkan kepada etika yang tinggi. Dengan cara itu, keinginan untuk berkuasa
sendiri, tidak sesuai dengannya, dan paham menghalalkan segala cara, harus
dihindari jauh-jauh.
Salah paham terhadap Masyumi selalu saja ada. Namun, bila
diteliti tujuan Masyumi di dalam anggaran dasarnya, tertera jelas adalah untuk
memperjuangkan terlaksananya ajaran dan hukum Islam dalam kehidupan orang
seorang, masyarakat, dan negara Republik Indonesia, dalam menuju keridhaan
Allah. Dalam pandangan politik-nya, Masyumi sangat konsekwen menentang
komunisme dalam segala bentuk.
Pemaksaan kehendak kepada rakyat kecil, telah men-jauhkan
masyarakat dari pemerintahnya. Pancasila seakan hanya dijadikan sebagai mantel.
Pancasila tidak lagi menjadi falsafah hidup dalam kehidupan berbangsa. Ironis
sekali yang terjadi. Organisasi agama juga tidak boleh berazaskan agamanya.
Dalam proses sosial secara tidak sadar telah memasuki full‑grown sekularisme.
Tanpa terasa dominasi golongan minoritas mulai mengganggu
rasa keadilan masyarakat luas. Muncul usaha de-Islamisasi.
Karena itu, era reformasi yang bergulir sesudahnya, di
tahun 1998, sungguh menjadi harapan baru bagi rakyat Indonesia, menuju
perubahan. Tetapi, ternyata reformasi belum lagi menyentuh hal-hal yang
substasi dalam membangun kehidupan bernegara. Kelihatannya, reformasi baru pada
tatanan bungkus saja. Esensi kekuasaan masih bertahan pada kelompok yang mengandalkan
kekuatan politik yang besar. Belakangan, kekuasaan berpindah ke tangan yang
menguasai sumber keuangan yang melimpah. Demokrasi jadi semacam komoditi yang
diperjual-belikan. Masih terasa jauh dari kebenaran dan keadilan. Sementara,
kekuatan umat Islam, masih dianggap mencemaskan. Status quo kekuasaan tetap
menjadi latent terhadap umat Islam.
Akhirnya, pendekatan‑pendekatan security terasa lebih
menonjol. Rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat menjadi terhambat.
Namun perlu diingat bahwa pertanggungan jawab moral kepada umat kita, tidak
mengizinkan kita pasif. Terutama semua kita yang oleh umum dianggap mempunyai
kedudukan pemimpin.
Bencanalah yang akan menimpa ketika semua golongan
pemimpin di saat seperti itu, asyik merawati, lalu mendandani kehidupan
masing-masing, dan kemudian tenggelam di dalamnya, sedangkan umat yang lebih
lemah dibiarkan mencari nasib masing-masing.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a). Dakwah Pada Masa
Reformasi
Ketika era
Reformasi melahirkan banyak partai-partai, maka banyak juga tampil
partai-partai, yang berani menyatakan prinsip berasas Islam. Kehadiran
partai-partai itu, masih tetap dilihat sebagai bahaya. Aliran politik Islam
tetap dicurigai. Ada kecemasan tersendiri. Hal ini telah terjadi, mungkin dikarenakan
politisi nasionalis yang bernafas dalam keterikatan dengan paham liberalisme
ala barat, dan berdalih demokratisasi. Banyak pula yang mulai menghembus nafas
dalam slogan Islam Yes,
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah kami ini
jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini, Akhirnya hanya kepada Allah kami
mengharap ridha agar makalah ini bermanfaat khususnya untuk penulis dan pembaca
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
M.Yahya Harun, Sejarah Masuknya Islam Di Indonesia, Kurnia Kalam Semesta,
jakarta, 1999
Ma’ruf Misbah Dan ja’far Sanusi, Sejarah Kebudayaan Islam,Semarang,1997
Bakhtiar Efendi, Islam Dan Negara, Paradigma, jakarta, 1998
Tidak ada komentar:
Posting Komentar