SEJARAH DAKWAH
DAKWAH PADA MASA ORDE LAMA
DOSEN : DR. ABDUL SYUKUR
DI SUSUN OLEH :
MUJIONO 1041020013 (PMI)
FAKULTAS DAKWAH (PMI)
IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis telah panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
sang Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat
aturan-Nya, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tema “DAKWAH PADA MASA ORDE LAMA” yang
sederhana ini dapat terselesaikan tidak kurang daripada
waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi
salah satu dari sekian kewajiban mata kuliah Sejarah Dakwah serta merupakan
bentuk langsung tanggung jawab penulis pada tugas yang diberikan.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis pun sadar
bawasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah Azza Wa’jala hingga dalam
penulisan dan penyusununnya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penulis nanti dalam upaya
evaluasi diri.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan
penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat
memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca, dan bagi seluruh
mahasiswa-mahasiswi IAIN Fakultas
Dakwah. Amien ya Rabbal ‘alamin.
Wassalalam,
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ……………………………………………………………… i
KATA
PENGANTAR ……………………………………………………………. ii
DAFTAR
ISI ……………………………………………………………………… iii
BAB
I PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1
1. Latar belakang …………………………………………………………… 1
BAB
II PEMBAHASAN …………………………………………………………. 2
A. Sejarah Dakwah Pada Masa Orde
Lama…..…………………………….. 2
BAB
III PENUTUP ……………………………………………………………….. 5
A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 5
B. Saran………………………………………………………………………. 5
PUSTAKA………………………………………………………………………….. 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Umat islam dan uamat beragama pada umumnya, dan bagi umat
islam sendiri telah merasakan sendiri bahwa tingkatan revolusi sekarang di
bawah pimpinan bung karno telah pula mempercepat lahirnya fajar.
Bung karno disamping kedudukannya sebagai negarawan yang
progesif revolusioner, juga harus di catat sebagai seorang ahli pikir islam
yang secara langsung hendak mengembalikan berpikir dikalangan kaum muslimin,
agar mereka yang harus mewarisi:” Apinya ajaran Rasulullah Dan Sahatnya Serta
ulama yang besar”. Meskipun harus memiliki kehidupan berpikir yang progesif
sesuai dengan ajara islam.
Dengan demikian umat islam akan menjadi umat yang
benar-benar hidup dan mengabdi kepada kepentingan orang banyak. Disamping
memiliki jiwa dan semangat taqwa kepada allah SWT, serta Akhlakul karimah.
Dengan kerajinan dan ketekunan dan kesabaran di pelajarinya buku-buku islam
baik yang di tulis oleh orang barat dalaam aneka bahasa maupun buku risalah
yang ditulis oleh para ulama kita di dalam bahasa indonesia.
Ditanah pembangunan inilah bung karno mulai mengadakan
kontak dengan ahmad hasan seorang ulama islam yang terkenal dibandung, didalam
surat menyurat inilah bung karno mulai menumpahkan isi hatinya dan penyelidikan
yang secara teliti beliau membaca alqur’an dan hadist nabi yang sahih, kemudian
dikonfrontasikan dengan pengalamn dan keadaan masyarakat islam yang dilihat
disekitarnya. Dengan tinjauan dan fikiran yang kritis dicobanya menganalisa
sebab-sebab kemunduran dan kesuraman yang meliputi cakrawala islam. Makin lama
makin dalam penggalian bung karno tentang islam lahirlah fikiran beliau yang
terserak baik berbentuk tulisan,artikel,pidato,ceramah dan sebagainya yang
kesemuanya yang bernafaskan moderenis dalam islam.
B. Rumusan
Masalah
c) Bagaimana
dakwah dilakukan pada masa orde lama sampai ke masa orde baru?
d) Kendala
apa saja yang dihadapi para Da’i dalam penyebaran ajaran islam pada masa orde
lama sampai orde baru?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Dakwah Di Masa Orde Lama
Masa orde lama (1959-1965) tercatat sebagai masa paling
gelap dalam sejarah kehidupan kebangsaan indonesia. persiden sukarno
mencanangkan konsepsi presiden yang secara operarional terwujud dalam bentuk
demokrasi terpimpin. demokrasi terpimpin memusatkan seluruh kekuasaan ditangan presiden.
para pemimpin nasional mochtar lubus, k.h. isa anshari, mr. assaat, Mr.
Sjafruddin Prawiranegara, Boerhanoeddin Harahap, S.H., M. Yunan Nasution, Buya
Hamka, Mr, Kasman Singodimedjo dan K.H E.Z. Muttaqin yang bersikap kritis
terhadap politik demokrasi terpimpin, ditangkap dan dipenjarakan tanpa proses
pengadilan. puncak dari masa penuh kegelapan itu ialah pecahnya peberontakan
berdarah g.30.s/pki.
Sudah seluruh kekuatan bangsa yang antikomunis bangkit
menghancurkan pemberontakan tersebut, datanglah zaman baru yang membawa banyak
harapan. yaitu era orde baru yang bertekad melaksanakan pancasila dan uud 1945
secara murni dan konsekuen. pada masa inilah, para pemimpin bangsa yang di
penjarakan oleh rezim orde lama, dibebaskan.
Para pemimpin nasionalis islami yang pada dasarnya tidak
dapat duduk berpangku tangan, seperti mohammad natsir dan prawoto mangkusasmito
mulai merancang gagasan untuk berpartisipasi penuh mendukung pemerintahan orde
bari. pada mulanya mereka mengharapkan pemerintah bersedia merehabilitasi
partai politik masyumi yang dipaksa membubarkan diri oleh presiden sukarno.
musyawarah nasional iii persatuan sarjana hukum indonesia (persahi) menyatakan:
“bahwa pembubaran masyumi, partai sosialis indonesia (psi) dan kesatuan aksi
mahasiswa indonesia (kami), yuridis formal tidak syah, dan yuridis material
tidak beralasan”. namun, pembubaran masyumi, ternyata bukanlah masalah
hukum semata-mata. pembubaran tersebut adalah masalah politik. oleh karena itu
ketika permintaan tersebut. oleh berbagai pertimbangan tidak dapat dipenuhi
pemerintah, tokoh-tokoh nasionalis islami itu tidak ngotot, juga tidak berputus
harapan.
Bagi mereka, aktivitas hidup ini semata-mata dalam rangka
beribadah dan berdakwah untuk meraih keridhaan ilahi, kerceimpung di lapangna
politik,bagi mereka merupakan bagian dari ibadah dan dakwah.
maka ketika mereka
tidak lagi mendapat kesempatan untuk berkiprah di lapangan politik, jalan
ibadah dan dakwah dalam bentuk lain masih terbuka sangat lebar. dalam kata-kata
pak natsir, dulu berdakwah lewat jalur politik, sekarang berpolitik melalui
jalur dakwah.
Demikianlah maka pada 26 februari 1967, atas undangan
pengurus masjid al-munawarah,kapung bali, tanah abang, jakarta pusat, para alim
ulama dan zu’ama berkumpul untuk bermusyawarah, membahasa, meneliti, dan
menilai beberapa masalah, terutama yang rapat hubungannya dengan usaha
pembangunan umat, juga tentang usaha mempertahankan aqidah didalam
kesimpangsiuran kekuatan-keuatan yang ada dalam masyarakat.
Musyawarah menyimpulkan dua hal sebagai berikut:
menyatakan rasa syukur atas hasil dan kemajuan yang telah dicapai hingga kini
dalam usaha-usaha dakwah yang secara terus menerus dilakukan oleh beerbagai
kalangan umat, yakni para alim ulama dan para muballiqh secara pribadi, serta
atas usaha-usaha yang telah dicapai dalam rangka organisasi dakwah. Memandang
perlu (urgent) lebih ditingkatkan hasil dakwah hingga taraf yang lebih
tinggi sehingga tercipta suatu keselarasan antara banyaknya tenaga lahir yang
dikerahkan dan banyak tenaga batin yang ddicurahkan dalam rangka dakwah
tersebut.
Dalam menampung masalah-masalah tersebut, yang mengandung
cakupan yang cukup luas dan sifat yang cukup kompleks, maka musyawarah alim
ulama itu memandang perlu membentuk suatu wadah yang kemudian dijelmakan dalam
sebuah yayasan yang diberi nama dewan dakwah islamiyah indonesia disingkat
dewan dakwah. pengurus pusat yayasan ini berkedudukan di ibu kota
negara, dan dimungkinkan memiliki perwakilan di tiap-tiap ibu kota daerah
tingkat i serta pembantu perwakilan di tiap-tiap daerah tingkat ii seluruh
indonesia.
Dimana perlu dan dalam keadaan mengizinkan, dewan dakwah
dapat tampil mengisi kekosongan, antara lain menciptakan suatu usaha berbentuk
atau bersifat dakwah, usaha mana sebelumnya belum pernah diadakan, seperti mengadakan
pilot projek dalam bidang dakwah.
Peran Dakwah menjangkau seluruh aspek kehidupan manusia
dalam upaya menjadikan, “umat yang berbahagia di dunia dan berbahagia di
akhirat dan terhindar dari siksaan neraka, dengan izin Allah".
Sedangkan politik adalah seni mengatur masyarakat. Kehidupan
politik sering ditandai dengan konflik kepentingan antara kelompok masyarakat.
Umumnya politik berusaha merealisasikan gagasan
ideologi, menjadi realitas sosial yang ideal, menurut wawasan masing‑masing.
Kepentingan dimaksud dapat bersifat politis, ekonomis, kultural, maupun
ideologis.
Memperhatikan perjuangan politik umat Islam di tanah air
Indonesia tampak peranan dari politik Islam mengalami penurunan secara konstan.
Sebagai akibat kelemahan internal dalam tubuh umat. Atau, mengalami penurunan
efektivitas peran, sebagai akibat “erosi fungsional”.
Penurunan kualitas umat dikarenakan faktor ikatan jamaah,
unsur kepemimpinan, dan melemahnya ukhuwah.
Faktor eksternal, utamanya oleh perekayasaan sosial dan
politik dari pihak penguasa. Kecendrungan erosi fungsional dan mengakarnya
sifat ketergantungan serta “hanyut mengikuti arus” lebih menonjol. Bisa jadi
karena perekayasaan politik datang dari luar. Perekayasaan politik oleh pihak
yang selalu berupaya melumpuhkan peranan politik rakyat dan umat Islam
khususnya, terasa amat efektif berlaku sejak awal dasawarsa 1960-an.
Kenyataannya tampak pada, proses pembangunan sangat berorientasi pada aspek
ekonomi dan sangat pragmatik. Langsung maupun tidak langsung, keadaan ini
berpengaruh pada proses pengumpulan pandangan ideologis masyarakat Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a). Sejarah masa orde lama
Masa orde lama
(1959-1965) tercatat sebagai masa paling gelap dalam sejarah kehidupan
kebangsaan indonesia. persiden sukarno mencanangkan konsepsi presiden yang
secara operarional terwujud dalam bentuk demokrasi terpimpin. demokrasi
terpimpin memusatkan seluruh kekuasaan ditangan presiden.
Kepatuhan
politik umat kepada penguasa bersifat relatif dan kondisional, maksudnya adalah
satu kondisi umat berhak patuh dan berhak pula tidak patuh kepada penguasa.
Pada kondisi lain umat berhak patuh sepanjang penguasa melaksanakan politik
umat yang terdiri dari tegaknya kebenaran, terciptanya keadilan. Meratanya
kesejahtraan dan kemakmuran umat, serta terwujudnya kehidupan politik bangsa yang demokratis.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini, Akhirnya hanya kepada Allah kami
mengharap ridha agar makalah ini bermanfaat khususnya untuk penulis dan pembaca
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
M.Yahya Harun, Sejarah Masuknya Islam Di Indonesia, Kurnia Kalam Semesta,
jakarta, 1999
Ma’ruf Misbah Dan ja’far Sanusi, Sejarah Kebudayaan Islam,Semarang,1997
Bakhtiar Efendi, Islam Dan Negara, Paradigma, jakarta, 1998
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam, Raja Grafindo, persada , jakarta,1997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar