MAKALAH
TAFSIR AYAT DAKWAH
DAKWAH PEMBINAAN TERHADAP
ALIRAN SESAT
(Kajian Ayat Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 59)
DI SUSUN OLEH:
AMINUDIN :1041020035
DOSEN PEMBIMBING:
DRS. KHAIRON HAS, M.H.I
FAKULTAS DAKWAH
IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
2011/2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Sholawat teriring salam semoga selalu senantiasa Allah curahkan kepada
Rosulullah Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya.
Makalah yang berjudul “DAKWAH PEMBINAAN TERHADAP ALIRAN SESAT” adalah
salah satu syarat dari proses pembelajaran mata kuliah Tafsir Ayat Dakwah di
Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Dalam kesempatan
ini penulis mungucapkan terimakasih kepada :
1.
Bapak. DRS. Khairon Has, M.H.I selaku dosen mata kuliah
Tafsir Ayat Dakwah Fakultas Dakwah IAIN Raden Intan Lampung.
2.
Sahabat-sahabat terbaikku dan seperjuangan Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam Angkatan 2010/2011 yang telah memberikan motivasi dalam
menempuh kegiatan belajar sehingga bisa terselesaikannya makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr. Wb
Bandar Lampung, 20 NOP 2011
Penulis
AMINUDIN
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL....................................................................................... i
KATA
PENGANTAR....................................................................................
ii
DAFTAR
ISI.................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah................................................................... 1
BAB II TAFSIR
SURAT AN-NISA
AYAT 59
- Ma’anil Mufrodat............................................................................... 2
- Tafsir Ayat Dan Asbabun Nuzul........................................................ 2
BAB III
PEMBAHASAN
- Kesesatan Ahmadiah......................................................................... 4
- Penodaan Agama Ahmadiah.................................................. 4
- Mirza Mengaku Diutus Allah................................................ 4
- Ghulam Membajak Ayat Al-Qur’an...................................... 5
- Ahmadiah Memiliki kitab Sendiri.......................................... 5
- Merusak Akidah.................................................................... 7
- Menganggap Islam musuh..................................................... 7
- Menganggap kafir.................................................................. 7
- Memutar Balikkan Ayat al-qur’an........................................ 8
- Analisa Penulis................................................................................... 8
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan.......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seiring
banyak nya permasalahan yang timbul dalam masalah agama, terutama dengan agama
islam yang hadirnya agama baru yaitu Ahmadiah yang tidak sesuai dengan
Al-Qur’qn Dan al-Hadist, yang membuat masyarakat merasa bingung dengan
kehadiran nya, terutama masyarakat yang kurang memahami tentang agama.
Di masa Rasulullah SAW ada seseorang yang mengaku nabi, bernama
Musailamah Al-Kaddzab. Gelar Al-Kaddzab berarti si Pendusta, karena dia memang
berdusta dengan mengaku sebagai nabi. Selain mengaku nabi, Musailamah juga
merasa mampu menandingi ayat Al-Qur’an dengan gubahannya sendiri Ad Difda’u
atau Katak. Al Jahiz, sastrawan Arab dalam bukunya ‘Al Hayawan’ mengomentari
gubahan nabi palsu ini dengan mengatakan: ”Alangkah kotornya gubahan yang
dikatakannya sebagai ayat Al-Qur’an itu yang turun kepadanya sebagai wahyu.
Dengan
adanya masalah itu disini saya mencoba memberikan penjelasan seiring terjadinya
perbedaan pendapat yang selalu terdengar di dalm lingkungan masyarakat, sehingga
terjadi nya perpecahan yang tidak diinginkan.
Dalam
Makalah ini membahas tentang kesesatan ahmadiah yang mana ahmadiah adalah ajaran sesat dan pendangkalan
aqidah sehingga sangat meresahkan masyarakat islam
BAB II
PENAFSIRAN SURAT AN-NISA (59) DAN AR-RA’D (7)
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqߧ9$# Í<'ré&ur ÍöDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrãsù n<Î) «!$# ÉAqߧ9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# 4 y7Ï9ºs ×öyz ß`|¡ômr&ur ¸xÍrù's? ÇÎÒÈ
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
ãAqà)tur tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. Iwöqs9 tAÌRé& Ïmøn=tã ×pt#uä `ÏiB ÿ¾ÏmÎn/§ 3 !$yJ¯RÎ) |MRr& ÖÉZãB ( Èe@ä3Ï9ur BQöqs% >$yd ÇÐÈ
7. Orang-orang yang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk.
A. Ma’anil Mufrodat
#þqãYtB#uäûïÏ%©!$# $pkr'¯»t : Hai orang-orang yang beriman
!$# #qãèÏÛr& : taatilah Allah
Aqߧ9$##qãèÏÛr&ur : dan taatilah Rasul (nya)
Oä3ZÏBöDF{$#Í<'ré&ur : dan ulil amri di antara kamu
B. Tafsir Dan Asbabun-nuzul Surat An-Nisa Dan Ar-Ra’d
“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah, taatlah kepada Rasul
dan Ulil Amr (yang berasal dari) dirimu”
Yang dimaksud dengan Ulil Amr dalam ayat di atas adalah
Ali dan para imam ma’shum as dari keturunan beliau
“Sesungguhnya engkau hanyalah seorang pemberi peringatan (mundzir), dan
setiap kaum (pasti memiliki) seorang pemberi petunjuk”
Yang dimaksud dengan “penunjuk jalan” dalam ayat di atas adalah Amirul
Mukminin Ali bin Abi Thalib as
Ibnu abbas
meriwayatkan bahwa ketika ayat ini turun Rasulullah SAW meletakkan tangan di
atas dadanya sambil bersabda: “Aku adalah mundzir”. Dan ketika membaca: “Wa li
kulli qaumin hād”, beliau menunjuk ke arah Imam Ali as seraya bersabda: “Wahai
Ali, kamu adalah pemberi petunjuk itu, dan orang-orang yang mendapatkan
petunjuk setelah aku (wafat), mereka mendapatkannya melalui (petunjukmu)”.
Dalam
hal ini Allah menyeru agar taat kepadanya dan kepada rosul nya baik dalam
segala perintahnya maupun larangannya, juga taqwa yang dapat menumbuhkan rasa
kesadaran akan hakikat tujuan hidup sebagaimana yang telah digariskan oleh
ajaran islam.
Maka
dari itu kita harus bekerja keras sekuat tenaga mencari bekal hidup dengan niat
ikhlas mengharap ridla Allah , juga hendaknya kita senantiasa melandsi setiap
usaha dengan iman dan taqwa, sehingga semua pekerjaan kita merupakan ibadat, ibadah
dalam pengertian yang luas, mencakup urusan hubungan sesama hamba Allah, dan
hubungan antara hamba dan Alkhalik, yang lebih lazim disebut HABLUM MINANNAS
DAN HABLUM MINALLAH.
Di
dalam melaksanakan hablimminannas kita akan dihadapkan kepada masalah yang
bermacam-macam sesuai kepentingan dan bidang kita masing-masing, namun
kesemuanya menuntut sikap dan tindakan yang baik, yaitu yang didasari dengan
akhlak islam.
Berbahagialah
orang yang menyadari hakikat dan tujuan hidupnya dan berusaha menjalani
hidupnya dengan berpegang erat pada tuntunan Allah dan rosulnya, sebab hanya
dengan itu lah tehindar dari kesesatan.
Sabda
rosullulllah SAW yang artinya; “ telah kutinggalkan bagimu perkara yang takkan
tersesat kamu semua jika berpegang pada keduanya yaitu kitab Allah dan Sunah
rosulnya”
Hadist ini sudah jelas
menjelaskan bahwasanya al- qur’qn dan al-hadist merupakan pedoman hidup yang
telah di jamin kebenerannya sehingga bagi mereka yang taat mengikuti ajarannya
tidak akan tergelincir dalam kesesatan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. KESESATAN
AHMADIYAH
1. Penodaan Agama Ahmadiyah
Dengan
Nabi Palsunya Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908M). Mirza Ghulam Ahmad mengaku
diutus Allah (sesudah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam):
اِنَّا اَرْسَلْنَا اَحْمَدَ اِلَى قَوْمِهِ فَاَعْرَضُوْا وَقَالُوْا كَذَّابٌ
اَشِرٌ
"Sesungguhnya
Kami mengutus Ahmad kepada kaumnya, akan tetapi mereka berpaling dan mereka
berkata: seorang yang amat pendusta lagi sombong" (Tadzkirah,
halaman 385).
Bandingkan dengan ayat
Al-Qur’an:
إِنَّا
أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ أَنْ أَنْذِرْ قَوْمَكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ
يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيم
"Sesungguhnya
Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): “Berilah kaummu
peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih” (QS Nuh: 1).
Dalam Tadzkirah
itu, Mirza Ghulam Ahmad berdusta, mengatasnamakan Allah telah mengutus Ahmad
(yaitu Mirza Ghulam Ahmad) kepada kaumnya. Mirza Ghulam Ahmad telah berdusta,
mengangkat dirinya sebagai Rasul utusan Allah, disejajarkan dengan Nabi Nuh as
yang telah Allah utus. Hingga di ayat-ayat buatan Mirza Ghulam Ahmad dibuat
juga seruan dusta atas nama Allah agar Mirza Ghulam Ahmad membuat perahu.
2. Mirza Ghulam Ahmad mengaku diutus Allah
Mirza
Ghulam Ahmad mengaku diutus Allah untuk seluruh manusia (sesudah Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam):
نِّى
رَسُوْلُ اللهِ اِلَيْكُمْ جَمِيْعًا وَقُلْ يَآاَيُّهَا النَّاسُ اِ قُلْ اِنْ
كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْ نِىْ يُحْبِبْكُمُ اللهُ
Artinya: “Katakanlah
(wahai Ahmad): Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah akan mengasihimu – dan katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu semua”. (Tadzkirah hal: 352)
Ayat-ayat ini adalah
rangkaian dari beberapa ayat suci Al-Qur’an, yaitu surat
Ali Imran 31 dan surat
Al-A’raf 158.
Semua ayat ini
dibajak dengan perubahan, penambahan, dan pengurangan, lalu dirangkaikan
menjadi ayat-ayat dalam Kitab Suci Ahmadiyah “TADZKIRAH”.
3. Ghulam Ahmad membajak ayat-ayat
Al-Qur’an
Ghulam
Ahmad membajak ayat-ayat Al-Qur’an tentang Nabi Isa as namun dimaksudkan untuk
diri Mirza.
وَ
لِنَجْعَلَهُ اَيَةً لِّلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِّنَّا وَكَانَ اَمْرًامَقْضِيًّا –
يَاعِيْسَى اِنِّى مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ اِلَىَّ وَ مُطَهِّرُكَ مِنَ
الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيُنَ
كَفَرُوْا اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ – ثُلَّةٌ مِنَ اْلاَوَّ لِيْنَ وَثُلَّةٌ
مِنَ اْلآَخِرِيْنَ
Artinya:“Dan agar
Kami dapat menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami,
dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan - Wahai Isa,
sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku dan mensucikanmu dari orang-orang yang kafir dan menjadikan
orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari
kiamat - Yaitu Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan
besar (pula) dari orang yang kemudian”. (Tadzkirah hal: 396)
Ayat-ayat ini adalah
rangkaian dari beberapa ayat suci Al-Qur’an, yaitu surat Maryam ayat 21, Ali Imran ayat 55, dan
Al-Waqi'ah ayat 39-40.
Semua ayat ini
dibajak dengan perubahan, penambahan, dan pengurangan, lalu dirangkaikan
menjadi ayat-ayat dalam Kitab Suci Ahmadiyah “TADZKIRAH”.
4. Ahmadiyah Memiliki Kitab Suci sendiri
Ahmadiyah
Memiliki Kitab Suci sendiri namanya Tadzkirah, yaitu kumpulan wahyu
suci (wahyu muqoddas). Mirza Ghulam Ahmad mengaku diberi wahyu Allah:
اِنَّ
السَّمَوَاتِ وَالاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا- قُلْ اِنَّمَا
اَناَ بَشَرٌ يُّوْحَى اِلَيَّ َانَّمَآ اِلَهُكُمْ اِلَهٌ وَاحِدٌ
Artinya: “Bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya – katakanlah sesungguhnya aku (Ahmad) ini manusia, yang
diwahyukan kepadaku bahwasannya Tuhan kalian adalah Tuhan yang Maha Esa”.
(Tadzkirah halaman: 245)
Ayat-ayat buatan
Mirza Ghulam Ahmad itu dicomot dari sana-sini dengan mengadakan pengurangan dari
ayat-ayat suci Al-Qur’an, dan penyambungan yang semau-maunya yaitu surat Al-Anbiya’ ayat 30 dan surat Al-Kahfi ayat 110.
أَوَلَمْ
يَرَالَّذِيْنَ كَفَرُوْآ أَنَّ السَّمَوَاتِ وَالاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا
فَفَتَقْنَاهُمَا
Artinya: “Dan apakah
orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya”. (Qs Al-Anbiya:
30).
قُلْ
اِنَّمَآ اَناَ بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوْحَى اِلَيَّ أَ نَّمَآ اِلَهُكُمْ اِلَهٌ
وَاحِد
Artinya:
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa”.
(Qs. Al-Kahfi: 110).
Semua ayat ini
dibajak dengan perubahan maksud, pengurangan, lalu dirangkaikan menjadi
ayat-ayat dalam Kitab Suci Ahmadiyah “TADZKIRAH”. Ketika ayat
Al-Qur’an bicara qul (katakanlah) di situ maksudnya adalah Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam. Sehingga manusia yang diberi wahyu dalam ayat Al-Qur’an
itu adalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Namun secara
licik, Mirza Ghulam Ahmad telah memlintir maksud ayat Al-Qur’an itu ketika dia
masukkan ke dalam apa yang dia klaim sebagai wahyu untuk dirinya, maka manusia
yang diberi wahyu itu adalah Mirza Ghulam Ahmad. Ini jelas-jelas Mirza Ghulam
Ahmad telah berdusta atas nama Allah Subhanahu wa Ta'ala, sekaligus
menyelewengkan dan menodai kitab suci umat Islam, Al-Qur’anul Karim, dengan
cara keji.
5.
Merusak aqidah/keyakinan Islam:
a. Mirza Ghulam
Ahmad mengaku bahwa Allah itu berasal dari Mirza Ghulam Ahmad
اَنْتَ
مِنِّىْ وَاَناَ مِنْكَ
"Kamu
berasal dari-Ku dan Aku darimu" (Tadzkirah, halaman 436).
b. Mirza Ghulam
Ahmad, mengaku berkedudukan sebagai anak Allah. Ini Allah dianggap punya anak:
اَ
نْتَ مِنِّى بِمَنْزِلَةِ وَلَدِىْ
"Kamu di di
sisi-Ku pada ke-dudukan anak-Ku" (Tadzkirah halaman 636).
6. Menganggap semua orang Islam Musuh
Menganggap
semua orang Islam Musuh yang tidak mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai Rasul
adalah musuh. Kitab Tadzkirah halaman 402:
سَيَقُوْلُ
الْعَدُوُّ لَسْتَ مُرْسَلاً
"Musuh akan
berkata: kamu (Mirza Ghulam Ahmad) bukanlah orang yang diutus (Rasul)"
(Tadzkirah halaman 402)
7. Selain golongannya maka dianggap kafir
dan dilaknat.
Tadzkirah,
halaman 748-749:
لَعْنَةُ
اللهِ عَلَى الَّذِىْ كَفَرَ
"Laknat
Allah ditimpakan atas orang yang kufur."
َانْتَ
اِمَامٌ مُّبَارَكٌ لَعْنَةُ اللهِ عَلَى مَنْ كَفَرَ
"Kamu
adalah Imam yang di-berkahi, Laknat Allah ditimpa-kan atas orang yang
kufur."
بُوْرِكَ
مَنْ مَّعَكَ وَمَنْ حَوْلَكَ.
"Kamu
adalah Imam yang di-berkahi, Laknat Allah ditimpa-kan atas orang yang
kufur."
8. Memutar balikkan ayat-ayat Al-Qur’an.
Contohnya:
تَبَّتْ
يَدَآ اَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّ مَاكَانَ لَهُ اَنْ يَّدْخُلَ فِيْهَا اِلاَّ
خَائِفًا
"Binasalah
kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa - Dia itu tidak masuk
ke dalamnya (neraka), kecuali dengan rasa takut."
Di dalam Al-Qur’an,
bunyi ayatnya:
تَبَّتْ
يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَب مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَب
"Binasalah
kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah
kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan" (Qs Al-Lahab:
1-2).
B. ANALISA PENULIS
Dilaporkan bahwa Ahmadiyah
mengaku jemaat mereka di Indonesia berjumlah ± 200.000 jiwa, ini artinya dalam
setiap 200 orang islam di Indonesia, 1 orang telah disesatkan oleh Ahmadiyah,
ini kalau kita katakan Muslim di Indonesia 200 juta orang, padahal jumlah
sebenarnya kurang dari itu.
Belum lagi yang disesatkan
oleh aliran-aliran lainnya, semisal; liberalisme, sekularisme, sosialisme,
LDII, Syi'ah, inkar sunnah, Jamaah Salamullah, Islam murni, dan lain-lain.
Kenyataan ini membuat bulu
kuduk kita berdiri, kita hidup di zaman fitnah dimana seseorang beriman di
waktu pagi dan menjadi kafir di waktu sore, beriman di waktu sore dan menjadi
kafir di waktu pagi.
Oleh karena itu lakukanlah
langkah-langkah berikut, semoga Allah menetapkan kaki kita menapaki jalan-Nya
yang lurus :
1.
Kenalilah agama anda lebih mendalam
lagi.
Manfaatkan keberadaan anda
dengan menuntut ilmu, mengikuti majelis-majelis taklim, kuliah studi islam, membaca
buku islami, mendengarkan kaset-kaset ceramah agama, yang dapat menambah
pengetahuan anda tentang agama Allah, dan menambah kedekatan anda dengan
kitabullah dan sunnah Rasulullah.
2.
Pererat hubungan anda dengan ustadz (orang
yang anda yakini kebenaran akidahnya).
Mungkin anda tidak sempat
mengikuti majelis taklim dan kuliah, akan tetapi anda dapat mendiskusikan
(bertanya) kepada para ustadz-ustadz melalui telepon atau sms untuk hal-hal
yang musykil bagi anda dalam masalah agama.
Logikanya, andai seekor anjing
disanjung Allah dalam Kitab Suci-Nya lantaran keakrabannya dengan 7 orang
pemuda shalih, apatah lagi seorang bani Adam yang memang telah dimuliakan
Allah.
3.
Bertemanlah dengan orang-orang yang
mengingatkan anda akan Allah.
Kalau saja anda tidak bisa
menghadiri majelis taklim, kuliah serta sungkan bertanya kepada para ustadz,
pererat hubungan anda dengan teman sejawat yang mengikuti aktivitas-aktivitas
keislaman tersebut, semoga anda mendapatkan bau wangi dan wewangian dari mereka
di Dunia dan Akhirat.
Jangan sampai anda beranggapan
bahwa tidak akan terjerat oleh kelompok-kelompok sesat, walau tanpa melakukan
salah satu langkah-langkah di atas, dalam kata lain: anda menghindar dari
majlis taklim, tidak bertanya kepada ustaz dan tidak berteman dengan
orang-orang aktif telah bersabda bahwa serigala dalam
keislaman. Karena dalam permisalannya Nabi hanya memangsa domba yang
tertinggal dari rombongan.
4.
Baca dan Pelajari Al Qur’an dan Hadits
“Kitab
Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”
[Al Baqarah:2]
”Hai orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah RasulNya, dan ulil amri di antara kamu. Jika kamu
berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah ia pada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik.” [An Nisaa’:59]
“Aku telah meninggalkan pada
kamu dua hal. Kitab Allah dan sunnahku, kamu tidak akan sesat selama berpegang
padanya. (Riwayat Tirmidzi)
Dalam Al Qur’an ada perintah
sholat, zakat, puasa, haji, berbuat baik, dan sebagainya. Dalam Al Qur’an juga
ada larangan berzina, mencuri, berpecah-belah, fanatik golongan, dan
sebagainya. Dalam Hadits juga dijelaskan bermacam-macam perintah dan larangan
Allah.
Jika ucapan dan tindakan
pemimpin dan anak buahnya bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadits (misalnya
sholat hanya 1 kali atau mengajarkan perzinahan) maka mereka adalah kelompok
sesat.
Jika meragukan kebenaran Al
Qur’an maka dia sesat. Contohnya paham Liberalisme yang meragukan Al Qur’an
berdasarkan hadits palsu yang dibuat oleh orientalis:
“Kitab Al Quran ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” [Al Baqarah:2]
“Dan jika kamu tetap dalam
keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad),
buatlah satu surat
yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika
kamu orang-orang yang benar. “ [Al Baqarah:23]
“Dan sesungguhnya mereka
(orang-orang kafir Mekah) dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap Al
Quran.” [Huud:110]
Jika mengingkari Hadits/Sunnah
Nabi maka sesat. Kelompok ini termasuk kelompok Ingkar Hadits/Sunnah
”Hai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian
jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” [An Nisaa’:59]
“Aku telah meninggalkan pada
kamu dua hal. Kitab Allah dan sunnahku, kamu tidak akan sesat selama berpegang
padanya. (Riwayat Tirmidzi)
5.
Hati-hati dalam menafsirkan Al Qur’an
Ciri Aliran sesat adalah
menafsirkan Al Qur’an semaunya untuk menimbulkan perpecahan.
Ayat Al Qur’an yang jelas
tidak perlu ditafsirkan lagi. Ada
pun Ayat Al Qur’an yang kurang jelas ditafsirkan dengan memakai ayat Al Qur’an
lain yang berkaitan. Jika tak ada dengan hadits Nabi yang sahih.
“Dia menurunkan Al Quran
kepadamu. Di antaranya ada ayat yang muhkamaat [jelas], itulah pokok isi Al
qur'an dan yang lain ayat mutasyaabihaat [tak jelas]. Orang yang condong pada
kesesatan mengikuti ayat-ayat yang mutasyaabihaat untuk menimbulkan
fitnah dengan mencari-cari artinya, padahal tak ada yang tahu selain Allah.
Orang yang dalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat yang
mutasyaabihaat, semua itu dari Tuhan kami." [Ali ‘Imran:7]
BAB
IV
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Sejak
kemunculannya, Ahmadiyyah telah ditentang oleh seluruh ulama. Namun, berkat
bantuan Inggris yang menjajah India
ketika itu, keberadaan Ahmadiyyah tetap langgeng bahkan semakin berkembang
cepat. Ketika Pakistan
melarang keberadaan Ahmadiyyah, khalifah atau pemimpin tertinggi mereka
melarikan diri ke Inggris dan memindahkan markasnya pula ke sana.
Pasca
kematian Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 1908 M, kepemimpinan Ahmadiyyah
berpindah secara estafet kepada seseorang yang kemudian diyakini sebagai
khalifah, dan mendapat gelar Hadhrat. Kepemimpinan pertama Ahmadiyyah selepas
kematian Mirza adalah Hadhrat Hafiz H. Hakim Nuruddin selaku khalifah I hingga
meninggal tahun 1914 M. Selanjutnya dipilih khalifah II Mirza Bashiruddin
Mahmud Ahmad yang memangku jabatan tersebut dari tahun 1914 hingga 1965.
Kemudian, ia digantikan oleh khalifah III Hadhrat Hafiz Nasir Ahmad yang
meninggal dunia tahun 1982. Selanjutnya kekhalifahan dijabat oleh khalifah IV
Hadhrat Mirza Taher Ahmad hingga sekarang.
Ironisnya,
di bulan Juni-Juli 2000 M, Ahmadiyyah yang telah difatwakan sesat oleh MUI,
dinyatakan sebagai aliran kafir di luar Islam oleh Liga Dunia Islam di Mekkah,
justru disambut dengan upacara penting di negeri ini oleh Dawam Rahardjo, Gus
Dur, dan Amien Rais. Ketika itu, khalifah ke IV Ahmadiyyah, Taher Ahmad yang
bermarkas di London, Inggris berkunjung ke Indonesia.
Tentu saja sambutan kepada penerus nabi paslu tersebut akan mengakibatkan
kaburnya pandangan umat Islam akan kesesatan dan menyesatkannya Ahmadiyyah.
Bisa jadi, Ahmadiyyah akan dianggap sebagai ajaran yang benar, yang perlu juga
dibela dan dilindungi sebagaimana pandangan awam saat ini. Padahal sudah jelas
sejelas matahari di siang hari bahwa Ahmadiyyah adalah sesat dan menyesatkan!
DAFTAR PUSTAKA
Imarah, Musthafa Muhammad, Terjemah Jawahirul
Bukhari, Rajamurah Alqonaah, Semarang,
1979.
Baqi, Muhammad Fuad ‘Abdul, Al-lu’lu’ wal marjan,
terjemahan H.Salim Bahreisy, pt.bina ilmu, Surabaya, 1996.
Hamdan Daulay, Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik, (Yogyakarta:
LESFI, 2001).
Andi Abdul Muis, Komunikasi Islam, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2001)
Abdul Munir Mulkhan, Teologi Kiri Landasan Gerakan Membela Kaum
Mustadl’afin, (Yogyakarta: Kreasi Wacana,
2002).
Haedar Nasir, Islam dan Prilaku Umat diTengah Perubahan, (Yogyakarta:
Pustaka SM, 2002).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar